• Jadilah Dokter, Bukan Hakim!

    Nasihat " Jadilah Dokter, Bukan Hakim !



    Kesehatan adalah mahkota di atas kepala
    orang-orang yang sehat, hanya orang sakit saja yang dapat melihat
    mahkota tersebut. Sering kita merasakan betapa besarnya nikmat sehat di
    kala sakit.




    Seorang muslim saat sakit, ia sabar
    mengharapkan rahmat Allah berupa penghapusan dosa, bertambahnya pahala
    dan ketinggian derajat di sisiNya. Ia berdoa kepada Allah memohon
    kesembuhan. Ia berikhtiar berobat dengan jalan yang diperbolehkan
    syariat. Ia berobat dengan doa, sedekah, ruqiyah, minum air zam-zam dan
    berobat ke dokter.





    Ia tidak berobat ke dukun. Ia tidak
    berobat ke paranormal atau “orang pintar”. Rasulullah Shallallahu Alaihi
    Wasallam bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang mendatangi tukang
    ramal atau dukun lalu ia membenarkannya dengan apa yang ia katakan maka
    ia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad”
    (Hadits Shahih riwayat Ahmad dan Hakim).






    Sesungguhnya ada penyakit yang lebih
    berbahaya dari penyakit fisik. Yaitu penyakit hati berupa kesyirikan,
    beribadah tanpa mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi
    Wasallam, sombong, iri dengki, tamak terhadap harta, riya dan maksiat
    lainnya yang sering tidak disadari apalagi diobati.





    Penyakit-penyakit hati bahayanya tidak
    saja membinasakan penderitanya di dunia tapi juga di akhirat akan
    mendapatkan siksa yang pedih. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita “Qalbun Salim”.
    Kewajiban setiap muslim untuk mengobati penyakit hati. Mengobatinya
    dengan berdoa, membaca, memahami dan mengamalkan Al Quran, mengikuti
    tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, berdakwah, amar makruf
    nahi mungkar dan saling menasehati dengan penuh kasih sayang.





    Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (Wafat 751 H) berkata dalam kitab “Ar Ruuh“,


    “Nasehat, merupakan perbuatan baik
    kepada orang yang Anda nasehati dalam bentuk kasih sayang, rasa kasihan,
    cinta dan cemburu. Nasehat itu semata-mata perbuatan baik didasari
    kasih sayang, kelembutan dan dimaksudkan hanya mencari ridha Allah.
    Nasehat merupakan kebaikan kepada makhlukNya. Ia bersikap lemah-lembut
    semaksimal mungkin dalam menjalankan nasehat tersebut dan sabar dalam
    menerima gangguan atau celaan dari orang-orang yang dinasehatinya. Ia
    bersikap seperti seorang dokter yang ahli. Ia penuh rasa kasih sayang
    kepada pasiennya yang menderita sakit komplikasi dan dalam keadaan
    setengah sadar. Ia sabar menghadapi kekurangajaran pasiennya dan
    tindak-tanduknya yang tidak tahu aturan. Dokter tersebut tetap bersikap
    lemah-lembut dan merayunya dengan berbagai cara dalam usahanya untuk
    meminumkan obat kepadanya. Begitulah sikap seorang pemberi nasehat”.





    Jadilah dokter hati, bukan hakim! Kalau
    kita hobi memvonis orang lain maka kita tidak sedang mengobati. Malah
    mungkin memperparah penyakit, membinasakan diri dan orang lain. Bukan
    berarti kita tidak boleh memvonis. Memvonis kadang diperlukan dengan
    syarat ikhlas, dengan data yang akurat, tidak kadaluwarsa dan
    memperhatikan maslahat atau madharat. Setiap ucapan dan tulisan kita
    akan dipertanggungjawabkan kelak di hari akhirat.





    Keterbatasan kita banyak sekali. kurang
    ilmu, lemah iman, sedikit ibadah dan rapuh akhlak. Kita harus
    memperbaiki diri dan mendidik keluarga. Kita akan ditanya di akhirat
    kelak atas amanat ini.





    Saudara-saudara kita yang mukhlis
    dan sedang membangun kejayaan Islam, jika mereka salah apakah kita
    cukup memvonis saja? Pernahkah kita berdoa di tempat dan waktu yang
    mustajab untuk perbaikan diri kita dan mereka? Sejauh mana upaya kita
    untuk menyelamatkan diri kita dan mereka dari belitan iblis dan
    kungkungan hawa nafsu yang membutakan?





    Apakah cara kita sudah tepat dan bijak
    dalam amar ma’ruf nahi mungkar? Kita berusaha seoptimal mungkin
    menjadikan orang lain menyadari dan memperbaiki kesalahannya bukan malah
    lari dari kebenaran dan antipati terhadap pendukung kebenaran. Semoga
    Allah memberikan taufik dan memberkahi waktu, ilmu dan dakwah kita.





    Semoga Allah meluruskan niat kita,
    menjaga lisan kita dan memudahkan kita untuk banyak beramal shalih
    sebagai bekal kita pulang ke kampung akhirat.





    Jadilah dokter hati guna memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat!





    Mahasuci Engkau ya Allah dan dengan
    memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang patut disembah kecuali
    Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.





    (Dari buku “MEREKA MENANTI KITA” Oleh: Fariq Gasim Anuz, Penerbit: Daun Publishing, cet ke 3 Januari 2015)

    sumber :  http://www.fariqanuz.com/

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent