• Wajib Atas Setiap Muslim Untuk Menerapkan Hukum Allah Dalam Segala Aspek Kehidupannya

    Tauhid Prioritas Utama

     

    WAJIB ATAS SETIAP MUSLIM UNTUK MENERAPKAN HUKUM ALLAH DALAM SEGALA ASPEK KEHIDUPANNYA SESUAI DENGAN KEMAMPUANNYA






    Oleh

    Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله





    Kewajiban setiap muslim adalah beramal sesuai dengan kemampuannya, Allah
    tidak membebani seseorang kecuali sesuai kesanggupannya. Menegakkan
    tauhid dan ibadah yang benar tidak mesti disertai dengan menegakkan
    daulah Islamiyah di negeri-negeri yang tidak berhukum dengan apa-apa
    yang Allah turunkan, karena hukum Allah yang pertama kali wajib
    ditegakkan adalah menegakkan tauhid. Dan tidak diragukan lagi, ada
    perkara-perkara khusus yang terjadi pada sebagian masa, yaitu uzlah
    (mengasingkan diri) lebih baik daripada bercampur baur, sehingga seorang
    muslim mengasingkan diri di suatu lembah atau tempat terpencil, dan dia
    beribadah kepada Rabbnya, selamat dari kejahatan manusia kepadanya dan
    dari kejahatan dirinya kepada manusia. Perkara ini terdapat dalam
    hadits-hadits yang sangat banyak, meskipun hukum asalnya seperti
    terdapat dalam hadits Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma.


    اَلْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ ويَصْبِرُ عَلَى أذَاهُمْ خَيْرٌ
    مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى
    أَذَاهُمْ



    "Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar terhadap kejahatan
    mereka lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan
    manusia dan tidak sabar terhadap kejahatan mereka"[1]



    Maka, daulah Islamiyah -tidak diragukan- sebagai sarana untuk menegakkan hukum Allah di bumi, dan bukan tujuan.



    Dan termasuk hal yang mengherankan telah menimpa kepada sebagian da'i
    yaitu : Mereka memberikan perhatian kepada perkara-perkara yang tidak
    mampu dilaksanakan dan meninggalkan kewajiban yang mudah bagi mereka
    untuk melaksanakannya !! Yaitu dengan berjihad melawan hawa nafsu mereka
    sebagaimana yang dikatakan oleh seorang da'i muslim yang memberi wasiat
    kepada para pengikutnya dengan ucapannya :



    أَقِيْمُوْا دَوْلَةَ اْلإِسْلاَمُ فِيْ نُضُسِكُمْ تَقُمُ لَكُمْ فِيْ أَرْضِكُمْ



    "Tegakkan daulah Islam dalam diri-diri kalian, niscaya akan tegak daulah Islam itu di bumi kalian".



    Meskipun bersamaan dengan itu, kami mendapati kebanyakan dari
    pengikutnya menyelisihi wasiat itu, mereka menjadikan puncak da'wah
    mereka adalah mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam hal hukum, dan mereka
    mengistilahkan hal itu dengan istilah yang terkenal : "Al-Hakimiyah
    untuk Allah". Tidak ragu bahwa hukum adalah milik Allah semata, tidak
    ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu atau dalam hal lainnya. Akan tetapi
    sebagian mereka termasuk orang yang taklid kepada madzhab di antara
    madzhab-madzhab yang empat pada saat ini, kemudian ketika didatangkan
    kepadanya As-Sunnah yang jelas dan shahih, dia berkata : "Ini menyalahi
    madzhabku!". Maka dimanakah kebenaran berhukum dengan apa-apa yang Allah
    turunkan dalam hal mengikuti sunnah ?!. Dan di antara mereka didapati
    termasuk orang-orang yang beribadah kepada Allah mengikuti
    tarikat-tarikat shufiah!. Maka dimanakah kebenaran berhukum dengan
    apa-apa yang Allah turunkan dalam hal tauhid ?! Sehingga mereka menuntut
    dari orang lain apa-apa yang tidak mereka tuntut dari diri mereka
    sendiri.



    Sesungguhnya termasuk hal yang sangat mudah sekali bagi kamu adalah
    menerapkan hukum dengan apa-apa yang Allah turunkan dalam hal aqidah,
    ibadah, akhlakmu dalam hal mendidik anak-anakmu di rumah, dalam hal jual
    belimu, sementara itu termasuk hal yang sangat sulit sekali adalah
    engkau memaksakan atau menyingkirkan penguasa yang dalam kebanyakan
    hukum-hukumnya berhukum dengan selain apa-apa yang Allah turunkan. Maka
    mengapa engkau meninggalkan hal yang mudah dan mengerjakan hal yang
    sulit ?.



    Hal ini menunjukkan kepada salah satu di antara dua kemungkinan,
    kemungkinan pertama buruknya pendidikan dan bimbingan, kemungkinan kedua
    disebabkan buruknya aqidah yang mendorong mereka sehingga lebih
    memperhatikan apa-apa yang mereka tidak sanggup untuk merealisasikannya
    daripada memperhatikan apa-apa yang masih dalam batas kesanggupan
    mereka.



    Pada saat ini, saya tidak melihat kecuali menyibukkan diri untuk
    mengadakan tashfiyah dan tarbiyah serta menda'wahi manusia kepada aqidah
    dan ibadah yang benar. Semuanya itu sesuai dengan batas kemampuannya
    masing-masing. Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
    kesanggupannya. Alhamdulillah Rabbil 'alamin.



    Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan keluarganya.



    [Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia
    TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin
    Al-Albani, Penerjemah Fariq Gasim Anuz, Murajaah Zainal Abidin, Penerbit
    Darul Haq - Jakarta]

    _______

    Footnote

    [1]. Hadits Shahih diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2507), Ibnu Majah
    (4032), Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (388), Ahmad (5/365), dari
    hadits syaikh di antara para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
    sallam, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (939)

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent