DETIK-DETIK KEMATIAN, PENENTU NASIB KEHIDUPAN DI AKHIRAT
Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Detik-detik kematian adalah waktu yang paling berbahaya bagi manusia
Dalam umurnya. Karena Kematian merupakan awal perpindahan dari alam
dunia yang kelihatan, yang telah diakrabi dan dikenal oleh manusia,
menuju alam ghaib. Alam ghaib akan menjadi nyata dalam kehidupannya yang
baru setelah kematiannya. Alam barzakh, adalah alam baru tersebut.
Disana, manusia akan menemui berbagai peristiwa menggentarkan yang jauh
berbeda dengan alam dunia yang pernah dialaminya.
Saat detik-detik kematian itu manusia akan melihat malaikat, dia akan
mendengar kalimat yang sangat menentukan nasibnya dari malaikat yang
turun kepadanya atas perintah Allâh Yang Maha Kuasa. Kalimat yang akan
dia dengar dari malaikat itu merupakan tanda kenikmatan abadi yang akan
dia alami, atau kecelakaan abadi yang akan dia temui.
Jika dia seorang Mukmin, maka kalimat yang dia dengar dari malakul maut adalah :
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ
Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang baik, keluarlah menuju ampunan Allâh
dan keridhaan-Nya ! [HR. Ahmad; dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam
Shahîh al-Jâmi’ no: 1672 dan Ahkâmul Janâiz]
Sebaliknya, jika dia seorang yang kafir, maka kalimat yang dia dengar dari malakul maut adalah :
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَغَضَبٍ
“Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang keji, keluarlah menuju kemurkaan
Allâh dan kemarahan-Nya ! [HR. Ahmad; dishahihkan oleh syaikh al-Albani
dalam Shahîh al-Jâmi’ no: 1672 dan Ahkâmul Janâiz]
MANUSIA INGIN MENEBUS KECELAKAAN DENGAN SEMUA HARTANYA
Seandainya pada saat detik-detik kematian itu manusia memiliki seluruh
isi dunia ini, atau dia memiliki emas sepenuh langit dan bumi, dia pasti
akan mengorbankannya, dia akan menyedekahkannya, agar bisa mendengar
kalimat ridha dan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla . Karena dengan
keridhaan Allâh di saat detik-detik kematian itu, dia akan meraih puncak
kebahagiaan yang kekal abadi di sisi Allâh Yang Maha Suci. Allâh Azza
wa Jalla berfirman :
وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ
مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ
وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ
Dan sekiranya orang-orang yang zhalim mempunyai apa yang ada di bumi
semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan
menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan
jelaslah bagi mereka adzab dari Allâh yang belum pernah mereka
perkirakan. [az-Zumar/39:47]
Seluruh harta benda yang dikumpulkan oleh seorang manusia, yang
dicarinya dengan susah-payah, kurang tidur malam karena harta, kemudian
dia habiskan umurnya untuk menyimpannya; Semua tanaman yang dia tanam di
sawah, kebun, atau taman-taman; Semua bangunan yang dia tinggikan,
rumah megah dan istana yang dia banggakan; Semua anggota keluarga, anak
dan istri, pegawai dan pengikut yang selalu mengelilingi; Semuanya itu
akan dipandangi dengan penyesalan, ketakutan, keputus-asaan, dan
keluh-kesah, ketika malaikat mendatanginya. Karena dia akan meninggalkan
semuanya. Dia tidak akan mendapatkan manfaat sama sekali dari semua
harta benda yang telah dia kumpulkan dan dia simpan dengan anggapan
harta itu akan mengekalkannya.
Pada detik-detik kematian, hanya satu yang dicari manusia, dia meyakini
bahwa padanya terdapat keselamatannya dan kebahagiaannya, yaitu amal
shalih. Jika dia telah mempersiapkannya, maka hal itu akan
menentramkannya. Jika dia tidak mempersiapkan bekal amal shalih, maka
dia akan mengatakan :
يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ﴿٢٧﴾مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ﴿٢٨﴾هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku
sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku
daripadaku. [al-Hâqqah/69:27-29]
TERSINGKAP HAKEKAT KEBENARAN
Orang yang menghadapi kematian itu akan semakin menyesal dan kaget serta
merasakan musibah itu semakin berat, jika di dunia dahulu dia
mengingkari kehidupan akhirat; Atau dia tertipu dengan segala
perbuataannya yang selalu bertentangan dengan agama Allâh; Atau dia
orang yang menyukai bid’ah dan khurafat. Semua itu menjauhkannya dari
iman yang benar dan jalan yang lurus, yang sesuai dengan kitab Allâh,
sunnah Rasul-Nya, dan teladan para sahabatnya.
Orang yang tidak meyakini adanya kehidupan setelah kematian, atau
meyakininya tetapi dia berada dalam kekafiran dan kebid’ahan, lalu dia
menyangka berada di atas kebenaran dan jalan yang terang, kemudian dia
selalu menolak al-Qur’an yang merupakan kitab suci, menolak Sunnah yang
merupakan ajaran Nabi, maka kematian yang mendatanginya akan
menyingkapkan kebenaran hakiki. Dia akan melihat kenyataan yang berbeda
dengan dugaannya. Dia akan dikagetkan dengan kenyataan bahwa seluruh
logikanya ternyata keliru dan seluruh perkara yang dia anggap hakekat
ternyata palsu. Untuk orang-orang semacam inilah Allâh Azza wa Jalla
berfirman :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا﴿١٠٣﴾الَّذِينَ ضَلَّ
سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ
يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang
yang paling merugi perbuatannya ?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya. [al-Kahfi/18:103-104]
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ
مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ
وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ
Dan sekiranya orang-orang yang zhalim mempunyai apa yang ada di bumi
semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan
menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan
jelaslah bagi mereka adzab dari Allâh yang belum pernah mereka
perkirakan. [az-Zumar/39:47]
NILAI SISA UMUR SEORANG MUKMIN
Sesungguhnya detik-detik kematian merupakan waktu penentu umur
seseorang, walaupun dia telah melewati umur panjang. Umur manusia di
zaman ini umumnya tidak akan melewati 150 tahun. Maka masa umur manusia
dalam khidupan dunia yang sementara ini, tidak ada apa-apanya jika
dibandingkan dengan masa ribuan tahun yang akan dialami dalam kubur.
Tidak ada bandingannya dengan waktu 50 ribu tahun di mahsyar. Dan tidak
ada bandingannya dengan masa yang kekal abadi dalam surga yang penuh
kenikmatan, atau dalam neraka jahannam yang penuh dengan siksaan.
Oleh karena itu seandainya ada seseorang yang bernasib sangat buruk di
dunia, semenjak lahir sampai wafatnya, namun dia beriman kepada Allâh
Yang Maha Esa, maka dia akan lupa terhadap kesusahannya di dunia ketika
merasakan sedikit nikmat di surga.
Atau sebaliknya, seandainya ada seseorang yang bernasib sangat baik di
dunia, semenjak lahir sampai wafatnya, namun dia kafir kepada Allâh Yang
Maha Esa, maka dia akan lupa terhadap kenikmatan dunianya ketika
merasakan sedikit siksa dalam neraka, sebagaimana disebutkan dalam
hadits shahih :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلّمَ : يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ
النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِى النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ
يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ
نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ
النَّاسِ بُؤْسًا فِى الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ
صَبْغَةً فِى الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ
بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لاَ وَاللَّهِ يَا
رَبِّ مَا مَرَّ بِى بُؤُسٌ قَطُّ وَلاَ رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Pada hari kiamat akan
didatangkan seseorang yang paling banyak mendapatkan kenikmatan dunia
yang termasuk penghuni neraka, lalu dia dicelupkan sekali ke neraka,
lalu setelah itu dia ditanya, 'Wahai anak Adam, apakah kau pernah
melihat kebaikan meskipun sedikit ? Apa kau pernah merasakan kenikmatan
meskipun sedikit ? ' Dia menjawab: 'Tidak, demi Allâh, wahai Rabb.'
Kemudian akan didatangkan orang paling sengsara di dunia yang termasuk
penghuni surga, kemudian dia ditempatkan dalam surga sebentar, setelah
itu dia ditanya, 'Hai anak Adam, apa kau pernah melihat kesengsaraan
meski sedikit ? Apa kau pernah merasa kesusahan meski sedikit ? ' Dia
menjawab, 'Tidak, demi Allâh, wahai Rabb, aku tidak pernah merasa
sengsara sedikit pun dan aku tidak pernah melihat satu kesusahan pun'."
[HR. Muslim]
Dalam masa kehidupan manusia yang pendek di dunia ini akan ditentukan
tempat kembali manusia di akhirat nanti. Nasib manusia di akhirat tidak
ditentukan dengan umur dunia, semenjak diciptakannya sampai kiamat
terjadi, namun ditentukan dalam beberapa tahun saja dari umur dunia.
Yaitu dalam umur setiap manusia, bahkan bisa jadi ditentukan dalam
beberapa hari, atau beberapa jam, atau beberapa menit saja.
Yaitu ketika manusia itu bertaubat dalam masa hidupnya, dia menyesali
perbuatannya, dia memohon ampun kepada Rabbnya, dia beriman dengan
ikhlas, dia beramal dengan amal shalih, dia tinggalkan syirik, bid’ah
dan maksiat, kemudian meraih ridho Rabbnya di saat detik-detik
kematiannya, maka itu akan menghantarkannya menuju kemenangan yang
sebenarnya.
Aduhai, alangkah agungnya kemenangan hakiki yang bisa digapai oleh setiap insan.
Aduhai, alangkah agungnya masa depan dalam kebahagian abadi, yang bisa
diraih oleh manusia dalam beberapa menit kehidupannya dengan idzin
Allâh.
Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bercerita :
أَنَّ عَمْرَو بْنَ أُقَيْشٍ كَانَ لَهُ رِبًا فِى الْجَاهِلِيَّةِ
فَكَرِهَ أَنْ يُسْلِمَ حَتَّى يَأْخُذَهُ فَجَاءَ يَوْمَ أُحُدٍ. فَقَالَ :
أَيْنَ بَنُو عَمِّى قَالُوا : بِأُحُدٍ. قَالَ : أَيْنَ فُلاَنٌ قَالُوا :
بِأُحُدٍ. قَالَ : أَيْنَ فُلاَنٌ قَالُوا : بِأُحُدٍ. فَلَبِسَ لأْمَتَهُ
وَرَكِبَ فَرَسَهُ ثُمَّ تَوَجَّهَ قِبَلَهُمْ فَلَمَّا رَآهُ
الْمُسْلِمُونَ قَالُوا : إِلَيْكَ عَنَّا يَا عَمْرُو. قَالَ : إِنِّى
قَدْ آمَنْتُ. فَقَاتَلَ حَتَّى جُرِحَ فَحُمِلَ إِلَى أَهْلِهِ جَرِيحًا
فَجَاءَهُ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ فَقَالَ لأُخْتِهِ : سَلِيهِ حَمِيَّةً
لِقَوْمِكَ أَوْ غَضَبًا لَهُمْ أَمْ غَضَبًا لِلَّهِ فَقَالَ : بَلْ
غَضَبًا لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ فَمَاتَ. فَدَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَا صَلَّى
لِلَّهِ صَلاَةً
Bahwa 'Amr bin Uqaisy dahulu memiliki harta riba pada masa jahiliyah dan
ia tidak ingin masuk Islam hingga ia mengambil harta tersebut. Kemudian
datang waktu perang Uhud, kemudian ia bertanya, "Dimanakah anak-anak
pamanku ?" Orang-orang berkata, 'Di Uhud.' Ia berkata, "Dimanakah Fulan
?' Mereka berkata, 'Di Uhud.' Ia berkata, "Dimanakah Fulan ?" Mereka
berkata, 'Di Uhud.' Kemudian ia memakai baju besinya dan menaiki kudanya
kemudian ia menuju ke arah mereka. Kemudian tatkala orang-orang Muslim
melihatnya mereka berkata; “Menjauhlah engkau dari kami wahai 'Amr!”. Ia
berkata, 'Aku telah beriman. Kemudian ia bertempur hingga terluka,
kemudian ia dibawa kepada keluarganya dalam keadaan terluka. Lalu Sa'd
bin Mu'adz datang kepadanya dan berkata kepada saudarinya; tanyakan
kepadanya, apakah (dia ikut berperang-red) karena fanatik terhadap
kaumnya atau marah karena mereka atau marah karena Allâh ?' Ia berkata,
'Marah karena Allâh dan rasul-Nya.' Kemudian ia meninggal dan masuk
surga sementera ia belum pernah melakukan satu shalatpun untuk
Allâh.[HR. Abu Dawud; dihasankan oleh syaikh al-Albani]
Dengan penjelasan ini maka jelas bagi kita semua bahwa detik-detik
kematian adalah waktu yang paling berbahaya dan paling penting bagi
manusia dalam umurnya. Sebagian Ulama menyatakan bahwa sisa umur seorang
Mukmin, tidak ternilai harganya’. Maka selayaknya manusia selalu
memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar tetap di atas jalan yang lurus
dan dianugerahkan husnul khatimah. Ini adalah peringatan dan peringatan
itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Allâh Subhanahu wa Ta’ala
berifrman :
سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَىٰ﴿١٠﴾وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى﴿١١﴾الَّذِي
يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَىٰ﴿١٢﴾ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ
Orang yang takut (kepada Allâh) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang
yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki
api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan
tidak (pula) hidup. [al-A’la/87:10-13]
(Disadur dari al-Imân bil Yaumil Akhir, dalam pembahasan Sâ’atul Maut
Akh-tharu Lahzhatin fii Umuril Insân; karya Dr. Shalabi; dengan
tambahan-tambahan dari rujukan lainnya)
[sumber ; almanhaj.or.id yang disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar