• Dakwah Mengajak Kepada Aqidah Yang Shahih Membutuhkan Usaha Yang Sungguh-Sungguh

    Tauhid Prioritas Utama







      DAKMWAH MENGAJAK KEPADA AQIDAH YANG SHAHIH MEMBUTUHKAN USAHA YANG SUNGGUH-SUNGGUH DAN BERKELANJUTAN




    Oleh

    Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله



    Da'wah mengajak kepada tauhid dan menetapkan tauhid di dalam hati
    manusia mengharuskan kita tidak membiarkan melewati ayat-ayat tanpa
    perincian sebagai mana pada masa-masa awal. Demikian itu karena, yang
    pertama mereka memahami ungkapan-ungkapan bahasa Arab dengan mudah, dan
    yang kedua karena ketika itu tidak ada penyimpangan dalam hal aqidah
    yang muncul dari ilmu filsafat dan ilmu kalam yang bertentangan dengan
    aqidah yang lurus. Kondisi kita pada saat ini berbeda dengan kondisi
    kaum muslimin pada masa-masa awal. Maka tidak boleh kita menganggap
    bahwa da'wah mengajak kepada aqidah yang benar pada masa ini adalah
    mudah seperti keadaan masa-masa awal. Dan saya ingin mendekatkan hal ini
    dengan satu contoh yang dalam contoh ini dua orang tidak saling
    berselisih, Insya Allah, yaitu :




    Diantara kemudahan yang dikenal ketika itu adalah bahwa para sahabat
    mendengar hadits dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara
    langsung, kemudian para tabi'in mendengar hadits dari para sahabat
    secara langsung ... demikianlah kami mendapati pada tiga generasi yang
    dipersaksikan memiliki kebaikan. Dan kami bertanya : Apakah ketika itu
    di sana terdapat suatu ilmu yang disebut dengan ilmu hadits ? Jawabannya
    "tidak". Dan apakah ketika itu disana terdapat ilmu yang disebut ilmu
    Jarh wa ta'dil ? Jawabannya "tidak". Adapun sekarang, seseorang penuntut
    ilmu mesti memiliki kedua ilmu ini, kedua ilmu ini termasuk fardhu
    kifayah. Hal itu agar seorang 'alim pada saat ini mampu mengetahui suatu
    hadits apakah shahih atau dhaif. Maka urusannya tidaklah dianggap mudah
    sebagaimana urusan ini mudah bagi para sahabat, karena para sahabat
    mengambil hadits dari sahabat lainnya yang mereka itu telah dijamin
    dengan persaksian Allah Azza wa Jalla atas mereka ... hingga masa akhir.
    Maka apa-apa yang ketika itu mudah, tidaklah mudah pada masa saat ini
    dari sisi kejernihan ilmu dan kepercayaan sumber pengambilan ilmu. Oleh
    karena itu, harus ada perhatian yang serius terhadap masalah ini
    sebagaimana mestinya berupa apa-apa yang sesuai dengan problem-problem
    yang mengitari kita sebagai kaum muslimin sekarang ini dimana problem
    ini tidak dimiliki oleh kaum muslimin generasi awal dari sisi kekotoran
    aqidah yang menyebabkan (terjadinya) problema-problema dan menimbulkan
    syubhat-syubhat dari ahli-hali bid'ah yang menyimpang dari aqidah yang
    shahih dan manhaj yang benar dengan nama yang bermacam-macam,
    diantaranya adalah seruan untuk mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah
    menurut pemikiran mereka, sebagaimana diakui oleh orang-orang yang
    menisbahkan (diri) kepada ilmu kalam.



    Dan ada baiknya di sini kami menyebutkan sebagian apa-apa yang terdapat
    dalam hadits shahih tentang hal ini, diantaranya adalah bahwa Rasulullah
    Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau menyebutkan tentang
    ghuraba' (orang-orang yang asing) pada sebagian hadist-hadits tersebut,
    beliau bersabda :



    لَلْوَاحِدِ مِنْهُمْ خَمْسُوْنَ مِنَ اْلآَجْرِ قَالُوْا : مِنَّا يَا رَسُوْلَ اللَّهُ أَوْ مِنْهُمْ؟ قَالَ : مِنكُمْ

    '

    Bagi satu orang di antara mereka lima puluh pahala' Mereka (para
    sahabat) berkata (50 pahala) dari kami atau dari mereka ya, Rasulullah ?
    Beliau menjawab : 'Dari kalian' ". [1]



    Dan ini termasuk dari hasil keterasingan yang sangat bagi Islam pada
    saat ini dimana keterasingan seperti itu tidak terjadi pada masa-masa
    generasi awal. Tidak diragukan lagi, bahwa keterasingan pada masa
    generasi awal adalah keterasingan antara kesyirikan yang jelas dan
    tauhid yang bersih dari segala noda, antara kekufuran yang nyata dari
    iman yang benar. Adapun sekarang ni problem yang terjadi adalah di
    antara kaum muslimin itu sendiri, kebanyakan dari mereka tauhidnya
    dipenuhi dengan noda syirik, dia memperuntukkan ibadah-ibadah kepada
    selain Allah dan dia mengaku beriman.



    Permasalahan ini harus mendapat perhatian yang pertama. Dan yang kedua,
    tidak sepatutnya sebagian orang berkata : "Sesungguhnya kita harus
    berpindah kepada tahap yang lain selain tahap tauhid, yaitu kepada
    politik !!" Karena da'wah pertama dalam Islam adalah da'wah yang hak
    (yaitu da'wah mengajak kepada kebenaran) maka tidak sepatutnya kita
    berkata : "Kami adalah orang Arab dan Al-Qur'an turun dengan bahasa
    kami" Padahal perlu diingat bahwa orang Arab pada saat ini berbeda
    dengan orang arab 'ajam yang memahami bahasa mereka sendiri. Hal ini
    menyebabkan jauhnya mereka dari kitab Rabb mereka dan sunnah Nabi
    mereka. Taruhlah bahwa kita ini orang Arab dan telah memahami Islam
    dengan pemahaman yang benar, tetapi tidak mengharuskan kita untuk
    berpolitik dan menggerakkan manusia dengan gerakan-gerakan politik serta
    menyibukkan mereka dengan politik, tetapi kewajiban mereka sekarang ini
    adalah memahami Islam dalam hal aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak !!
    Saya tidak yakin bahwa sekarang ini terdapat suatu bangsa yang terdiri
    dari jutaan orang telah memahami Islam dengan pemahaman Islam yang benar
    dalam hal aqidah, ibadah, dan akhlak, dan mereka telah terdidik atas
    hal tersebut.



    [Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia
    TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin
    Al-Albani, Penerjemah Fariq Gasim Anuz, Murajaah Zainal Abidin, Penerbit
    Darul Haq - Jakarta]

    _______

    Footnote

    [1]. Hadits Shahih : Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu'jam
    Al-Kabir (10/225) No. 10394, dari hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu.
    Dan hadits ini memiliki syahid dari hadits 'Uqbah bin Ghazwan salah
    seorang sahabat Radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar
    sebagaimana dalam Al-Zaqaid (7.282). Dan hadits ini pun memiliki syahid
    yang lain dari hadits Abu Tsa'labah Al-Khusyani Radhiyallahu 'anhu yang
    diriwayatkan oleh Abu Daud (4341). Dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam
    Ash-Shahihah (494)

    almanhaj.or.id

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent