• Syirik, Dosa Besar Yang Paling Besar

    Kabair (Dosa-Dosa Besar)







    SYIRIK, DOSA BESAR YANG PALING BESAR



    Oleh

    Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari



    Tauhid adalah perintah Allâh yang paling besar, sebaliknya syirik
    (kemusyrikan) adalah larangan Allâh yang paling besar. Barangsiapa
    mengenal keagungan tauhid dan mengetahui bahaya kemusyrikan dengan
    sebenarnya, maka dia akan berusaha mewujudkan tauhid pada dirinya dan
    menjauhi kemusyrikan sejauh-jauhnya. Bahkan dia juga khawatir dan takut
    terhadap kemusyrikan, jangan sampai terjerumus ke dalamnya, baik dengan
    sengaja maupun tidak sengaja. Karena banyak orang mengetahui syirik itu
    dilarang agama, bahkan merupakan dosa yang paling besar, namun karena
    tidak memahaminya, maka dia terjerumus di dalamnya dengan tanpa
    menyadari. Oleh karena itu sangat penting kita mengetahuinya untuk
    meninggalkannya.





    BAHAYA SYIRIK

    Karena bahaya syirik yang sangat besar sehingga dalam berbagai
    kesempatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengingatkan kepada
    para sahabat. Antara lain dalam hadits sebagai berikut:



    عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ
    عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا
    أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ
    اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ
    وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ
    يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ



    Dari Abdurrahmân bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu , ia
    berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perhatikanlah
    (wahai para sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang
    paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga
    kali. Kemudian para sahabat mengatakan: “Tentu, wahai Rasûlullâh.”
    Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Syirik kepada Allâh,
    durhaka kepada kedua orang tua,” sebelumnya beliau bersandar, lalu
    beliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! Dan perkataan palsu
    (perkataan dusta),” beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata,
    “Seandainya beliau berhenti”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].



    Allâh Ta’ala memberitakan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik, hal ini jika pelakunya tidak bertaubat. Dia berfirman:



    إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ
    لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا



    Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
    segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
    dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allâh, maka sungguh ia
    telah berbuat dosa yang besar. [an-Nisâ`/4:48].



    Allâh Ta’ala juga memberitakan bahwa amal orang-orang musyrik sia-sia, tidak ada nilainya di sisi Allâh Ta’ala. Dia berfirman:



    مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللهِ شَاهِدِينَ
    عَلَى أَنفُسِهِم بِالْكُفْرِ أُوْلاَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي
    النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ



    Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allâh,
    sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang
    yang sia-sia amal mereka, dan mereka itu kekal di dalam neraka.
    [at-Taubah/9:17].



    Demikian juga orang-orang musyrik akan kekal di dalam neraka. Allâh Ta’ala berfirman:



    لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ
    مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِى إِسْرَاءِيلُ اعْبُدُوا اللهَ
    رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ
    عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ
    أَنصَارٍ



    Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
    Allâh ialah al-Masih putera Maryam," padahal al-Masih (sendiri) berkata:
    "Hai Bani Israil, sembahlah Allâh Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya
    orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allâh, maka pasti Allâh
    mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
    bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun. [al-Ma-idah/5:72].



    ARTI SYIRIK

    Setelah mengetahui bahaya syirik yang begitu dahsyat, maka kita wajib mengetahui tentang syirik ini agar selamat darinya.



    Syirik adalah lawan dari tauhid. Syirik dalam bahasa Arabnya adalah:
    syirk (شِرْكٌ), artinya sekutu, atau isyrâk (اِشْرَاكٌ), artinya
    menjadikan sekutu. Adapun secara istilah syara’, ta’rif (pengertian)
    syirik yang disebutkan ulama bermacam-macam, namun tidak bertentangan,
    bahkan saling melengkapi. Di antara ta’rif yang mencakup dan lengkap
    adalah yang dijelaskan oleh Syaikh Dr. Ibrahim bin Muhammad al-Buraikan.
    Beliau menjelaskan, syirik memiliki dua makna.



    Pertama, makna umum, yaitu:



    تَسْوِيَةُ غَيْرِ اللهِ بِاللهِ فِيْمَا هُوَ مِنْ خَصَائِصِهِ سُبْحَانَهُ



    (menyamakan selain Allâh dengan Allâh di dalam perkara yang termasuk kekhususan-kekhususan Allâh Yang Maha Suci).



    Yang dimaksudkan dengan “menyamakan” di sini adalah semata-mata
    persekutuan, sama saja apakah Allâh (dianggap) persis menyerupai
    selain-Nya pada perkara itu atau Allâh lebih dari selain-Nya pada
    perkara itu. Berdasarkan makna ini, maka syirik ada tiga macam, sebagai
    berikut:



    1. Syirik di dalam rububiyah. Yaitu menyamakan (Allâh dengan selain-Nya)
    di dalam perkara-perkara yang termasuk kekhususan-kekhususan rububiyah
    (memiliki dan mengatur alam), atau menisbatkan rububiyah kepada selain
    Allah, seperti: menciptakan, memberi rizqi, menghidupkan, dan mematikan.
    Secara ‘urf (kebiasaan/istilah ulama), syirik ini dinamakan tamtsiil
    (menyerupakan) atau ta’thiil (meniadakan).



    2. Syirik di dalam uluhiyah. Yaitu menyamakan (Allâh dengan selain-Nya)
    di dalam perkara-perkara yang termasuk kekhususan-kekhususan uluhiyah,
    atau menisbatkan uluhiyah (hak diibadahi) kepada selain Allâh, seperti:
    (meniatkan) shalat, puasa, menyembelih (berqurban), nadzar, dan
    semacamnya (untuk selain Allâh). Inilah yang dikenal dengan syirik, jika
    disebutkan secara umum.



    3. Syirik di dalam asma’ wash-shifât. Yaitu menyamakan antara Allâh
    dengan makhluk di dalam perkara-perkara dari kekhususan-kekhususan
    nama-nama dan sifat-sifat Allâh. Secara ‘urf (kebiasaan/istilah ulama),
    syirik ini dinamakan tamtsîl (menyerupakan).



    Kedua, makna khusus, yaitu menjadikan selain Allâh sebagai ma’bûd (yang diibadahi), muthâ’ (yang ditaati) bersama Allâh.



    Inilah yang segera difahami dari istilah syirik jika disebutkan secara
    umum di dalam al-Qur’ân, as-Sunnah, dan perkataan Salaf (orang-orang
    zaman dahulu yang shalih). Sehingga barangsiapa menjadikan ilâh (sesuatu
    yang diibadahi), dia mengibadahinya atau mentaatainya dari selain
    Allâh, maka dia adalah orang musyrik -menurut bahasa wahyu dan riwayat.
    [Lihat Al-Madkhal Lid-Dirâsah al-‘Aqidah al-Islamiyah ‘ala Madzhab
    Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah, hlm. 125-126].



    Di dalam kitab Muqarrar Tauhid lish-Shaff ats-Tsalits al-‘Ali
    fil-Ma’ahid al-Islamiyah, juz 3, hlm. 10 disebutkan, syirik
    (kemusyrikan) adalah menjadikan sekutu atau tandingan bagi Allâh Ta’ala
    di dalam rububiyah (perbuatan-Nya), uluhiyah (hak-Nya untuk ditaati
    secara mutlak dengan penuh kecintaan dan pengagungan), dan asma’ wa
    sifat (nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna). Dan
    yang umum, terjadinya kemusyrikan adalah di dalam uluhiyah. Yaitu
    seseorang berdoa kepada Allâh dan kepada selain-Nya, atau
    mempersembahkan sesuatu dari jenis-jenis ibadah kepada selain Allâh,
    seperti: penyembelihan binatang, nadzar, rasa takut, berharap, dan
    kecintaan.



    MACAM-MACAM SYIRIK

    Dilihat dari besarnya dosa, syirik terbagi dua, yaitu akbar (besar) dan ash-ghar (kecil).



    Syirik akbar menggugurkan seluruh amal dan menyebabkan kekal di dalam
    neraka. Contoh syirik akbar seperti: Syirik doa, yaitu berdoa kepada
    orang yang telah mati, patung, pohon, batu, atau lainnya. Contoh lainnya
    adalah syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allâh di dalam maksiat,
    yaitu menghalalkan apa yang Allâh haramkan, atau mengharamkan apa yang
    Allâh halalkan.



    Syirik ash-ghar tidak menggugurkan seluruh amal, tetapi juga berbahaya.
    Di antara contohnya adalah riya`, ucapan "mâsyâ Allâh wa syi'ta" (apa
    yang Allâh kehendaki dan engkau kehendaki), bersumpah dengan menyebut
    selain nama (sifat) Allâh, dan lainnya.



    • Dilihat dari kaitannya, syirik terbagi tiga, yaitu: syirik dalam hal
    rububiyah Allâh, uluhiyah Allâh, dan asma’ wa shifât. Penjelasan
    sebagaimana telah disebutkan di atas.



    • Dilihat dari bentuknya, syirik terbagi tiga, yaitu: syirik dalam hal keyakinan, perkataan atau lafazh, dan syirik perbuatan.



    • Di lihat dari keadaannya, syirik terbagi dua, yaitu: jali (nyata) atau khafi (samar).

    Semua bentuk syirik harus ditinggalkan, karena semua membahayakan bagi pelakunya.



    BERTAUBAT DARI SYIRIK

    Orang yang telah kedatangan keterangan tentang bahaya syirik,
    sepantasnya segera bertaubat. Karena sesungguhnya seluruh dosa, termasuk
    syirik, akan diampuni oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala , dengan syarat
    jika hamba yang melakukan dosa tersebut bertaubat kepada-Nya. Allâh
    Ta’ala berfirman:



    قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا
    مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ
    هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم



    Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
    mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allâh.
    Sesungguhnya Allâh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
    Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [az-Zumar/39:53].



    Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Ayat yang mulia
    ini merupakan seruan kepada orang-orang yang bermaksiat, baik
    orang-orang kafir atau lainnya, untuk bertaubat dan kembali (kepada
    Allâh). Ayat ini juga memberitakan bahwa Allâh Tabaraka wa Ta’ala akan
    mengampuni dosa-dosa semuanya bagi orang-orang yang bertaubat dari
    dosa-dosa tersebut dan meninggalkannya, walaupun dosa apapun juga,
    walaupun dosanya sebanyak buih lautan. Dan tidak benar membawa arti
    pengampunan Allâh (dalam ayat ini) dengan tanpa taubat, karena orang
    yang tidak bertaubat dari syirik tidak akan diampuni oleh Allâh". [Lihat
    Tafsir Ibnu Katsir, surat az-Zumar/39 ayat 53].



    Semoga Allâh selalu menjaga kita dari dosa syirik, yang besar maupun
    yang kecil, yang nyata maupun yang samar, dan yang kita ketahui maupun
    tidak kita ketahui. Hanya Allâh Yang Memberi hidayah taufiq.



    [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVII/1434H/2013. ]almanhaj.or.id
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent