• Hikmah Ibadah Haji






    HIKMAH IBADAH HAJI







    Oleh


    Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Baz rohimhulloh







    Diantara Asmaul Husna yang dimiliki Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
    Al-Hakim yang bermakna : “Yang menetapkan Hukum, atau Yang mempunyai
    sifat Hikmah, di mana Allah tidak berkata dan bertindak dengan sia-sia.
    Oleh karena itulah semua syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai
    kebaikan yang besar dan manfaat yang banyak bagi hamba-Nya di dunia
    seperti kebagusan hati, ketenangan jiwa dan kebaikan keadaan. Juga
    akibat yang baik dan kemenangan yang besar di kampung kenikmatan
    (akhirat) dengan melihat wajah-Nya dan mendapatkan ridha-Nya.





    Demikian pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah
    syari’atkan bagi para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar
    dan tujuan yang besar pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
    Dan diantara hikmah ibadah haji ini adalah.





    1. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah





    Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan
    hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan
    haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama
    yang indah dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak
    ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.





    Dan hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.





    وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ
    بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ
    وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ





    “Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim
    dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan
    sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan
    sujud” [al-Hajj/22: 26]





    Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah
    semata-mata kepada Allah di dekat rumah-Nya (Ka’bah) yang mulia,
    mebersihkan sekitar Ka’bah dari berhala-berhala, patung-patung,
    najis-najis yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan serta dari segala
    hal yang mengganggu orang-orang yang sedang menjalankan haji atau umrah
    atau hal-hal lain yang menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan
    mereka.





    2. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah





    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله
    عليه وسلم قَالَ : اَلْعُمْرَةُ إِلَى اَلْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا
    بَيْنَهُمَا, وَالْحَجُّ اَلْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا
    اَلْجَنَّةَ





    “Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    “Satu umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa
    antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah”
    [HR Bukhari dan Muslim, Bahjatun Nanzhirin no. 1275]





    مَنْ حَجَّ لِلَّه فَلَمْ يَرْفُثْ وَ لَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ





    “Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi
    Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke
    Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan rafats dan fusuuq, niscaya
    ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]


    Rafats : jima’ ; pendahuluannya dan ucapan kotor, Fusuuq : kemaksiatan


    Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji
    atau umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas
    karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, niscaya Allah Subhanahu wa
    Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan menuliskan jannah baginya. Dan hal
    inilah yang didambakan oleh setiap mu’min dan mu’minah yaitu meraih
    keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka.





    3. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam





    وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ





    “Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang
    kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang
    datang dari segenap penjuru yang jauh”[al-Hajj/22: 27]


    Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada
    manusia. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia
    kehendaki (untuk bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam
    tersebut dan menyambutnya. Hal itu berlangsung semenjak zaman Nabi
    Ibrahim hingga sekarang.





    4. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin





    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :





    لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ





    “Agar supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [al-Hajj/22: 28]





    Alah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan manfaat-manfaat dengan muthlaq
    (secara umum tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena
    banyaknya dan besarnya menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti
    akan terjadi baik duniawi maupun ukhrawi.





    Dan diantara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni
    mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata. Mereka
    datang dengan niat mencari wajah-Nya yang mulia bukan karena riya’
    (dilihat orang lain) dan juga bukan karena sum’ah (dibicarakan orang
    lain). Bahkan mereka betauhid dan ikhlas kepada-Nya, serta mengikrarkan
    (tauhid) di antara hamba-hamba-Nya, dan saling menasehati di antara
    orang-orang yang datang (berhaji dan sebagainya,-pent) tentangnya
    (tauhid).


    Mereka thawaf mengelilingi Ka’bah, mengagungkan-Nya, menjalankan
    shalat di rumah-Nya, memohon karunia-Nya, berdo’a supaya ibadah haji
    mereka diterima, dosa-dosa mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat
    ke nergara masing-masing dan diberi anugerah kembali lagi untuk berdo’a
    dan merendah diri kepda-Nya.





    Mereka mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh
    orang yang dekat ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya
    agar mengetahui maknanya, merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan
    dan amalan mereka. Dan bahwa maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah
    semata-mata untuk Allah dan beriman bahwa Dia adalah ‘ilah mereka yang
    haq, Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka, Yang diibadahi sewaktu haji
    dan lainnya.





    5. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati





    Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal
    dan saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari
    segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul
    di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah,
    di Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati,
    sebagian mengajari yang lain, membimbing, menolong, membantu untuk
    maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata cara haji, shalat,
    zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.





    Mereka bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi
    mereka yang di sana terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan yang
    lurus, jalan kebahagiaan menuju tauhidullah dan ikhlas kepada-Nya,
    menuju ketaatan yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
    mengetahui kemaksiatan untuk dijauhi, dan supaya mereka mengetahui
    batas-batas Allah dan mereka bisa saling menolong di dalam kebaikan dan
    taqwa.





    6. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala





    Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa
    mempelajari agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di
    lingkungann masjid Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta memberi
    peringatan tentang apa yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum
    agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan
    kewajiban mereka dengan ilmu.





    Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama.
    Kemudian (berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari
    seluruh negeri-negeri Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan ahli
    ilmu. Namun semua asalnya adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah
    yang tua.





    Maka wajib bagi para ulama dan da’i, dimana saja mereka berada,
    terlebih lagi di lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, untuk
    mengajari manusia, orang-orang yang menunaikan haji dan umrah,
    orang-orang asli dan pendatang serta para penziarah, tentang agama dan
    manasik haji mereka.


    Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya)
    ia, dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang
    tua, urusan ini (belajar agama) lebih penting dan mendesak.


    Dan di antara tanda-tanda kebaikan dan kebahagian seseorang adalah
    belajar tentang agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu
    ‘alaihi bersabda :





    مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ





    “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
    memperoleh kebaikan, niscaya Dia menjadikan faqih terhadap agama” [HR
    Bukhari, Kitab Al-Ilmi 3 bab : 14]





    Di sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika
    engkau dapati seorang alim ahli syari’at Allah, maka pergunakanlah
    kesempatan. Janganlah engkau takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak
    bisa diraih oleh orang-orang yang takabur, pemalas, lemah serta pemalu.
    Ilmu itu membutuhkan kesigapan dan kemauan yang tinggi.





    Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.





    وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ





    “Dan Allah tidak malu dari kebenaran” [al-Ahzab/ : 53]





    Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak
    akan malu dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan
    menampakkan kemusykilan yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan
    tersebut.





    7. Menyebarkan Ilmu





    Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudara-saudaranya
    yang melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di
    mobil, di pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan di segala tempat. Ini
    adalah kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan. Engkau
    bisa menyebarkan ilmu-mu dan menjelaskan apa yang engkau miliki, akan
    tetapi haruslah dengan apa yang engkau ketahui berdasarkan Al-Kitab dan
    As-Sunnah dan istimbath ahli ilmu dari keduanya. Bukan dari kebodohan
    dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari Al-Kitab dan As-Sunnah.





    8. Memperbanyak Ketaatan





    Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.





    ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ





    “Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan
    mereka ; hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan
    hendaklah mereka berthawaf sekeliling rumah yang tua itu (Ka’bah)”
    [Al-Hajj/22 : 29]





    Maka disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk
    memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah haram.
    Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qira’atul qur’an, tasbih, tahlil,
    dzikir. Juga perbanyaklah amar ma’ruf nahi mungkar dan da’wah kepada
    jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana banyak orang berkumpul dari
    Afrika, Eropa, Amerika, Asia dan lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk
    mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.






    9. Menunaikan Nadzar





    Walaupun nadzar itu sebaiknya tidak dilakukan, akan tetapi seandainya
    seseorang telah bernadzar untuk melakukan ketaatan, maka wajib baginya
    untuk memenuhinya.


    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.





    مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ





    “Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah, maka hendaklah dia mentaati-Nya” [HR Bukhari]





    Maka apabila seseorang bernadzar di tanah haram ini berupa shalat,
    thawaf ataupun ibadah lainnya, maka wajib baginya untuk menunaikannya di
    tanah haram ini.





    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.





    وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ





    “Dan hendaklah mereka menunaikan nadzar” [al-Hajj/22: 29]





    10. Menolong Dan Berbuat Baik Kepada Orang Miskin





    Di antara manfaat haji adalah bisa menolong dan berbuat baik kepada
    orang miskin baik yang sedang menjalankan haji atau tidak di negeri yang
    aman ini.


    Seseorang dapat mengobati orang sakit, menjenguknya, menunjukkan ke rumah sakit dan menolongnya dengan harta serta obat.


    Ini semua termasuk manfaat-manfaat haji.


    لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ


    “….agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [al-Hajj/22: 28]







    11. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah









    Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik
    dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan
    Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha
    ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula
    wa laa quwata illa billah).







    Dari Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :





    مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ





    “Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang tidak
    mengingat-Nya adalah sebagai orang hidup dan yang mati”. [HR Bukhari,
    Bahjatun Nadzirin no. 1434]






    12. Berdo’a Kepada-Nya





    Di antara manfaat haji, hendaknya bersungguh-sungguh merendahkan diri
    dan terus menerus berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar Dia
    menerima amal, membereskan hati dan perbuatan ; agar Dia menolong untuk
    mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memperbagus ibadah kepada-Nya ;
    agar Dia menolong untuk menunaikan kewajiban dengan sifat yang Dia
    ridhai serta agar Dia menolong untuk berbuat baik kepada
    hamba-hamba-Nya.





    13. Menunaikan Manasik Dengan Sebaik-Baiknya





    Di antara manfaat haji, hendaknya melaksanakannya dengan sesempurna
    mungkin, dengan sebaik-baiknya dan seikhlas mungkin baik sewaktu
    melakukan thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, berada di Muzdalifah, melempar
    jumrah, maupun sewaktu shalat, qira’atul qur’an, berdzikir, berdo’a dan
    lainnya. Juga hendaknya mengupayakannya dengan kosentrasi dan ikhlas.





    14. Menyembelih Kurban





    Di antara manfaat haji adalah menyembelih (binatang) kurban, baik yang
    wajib tatkala berihram tammatu dan qiran, maupun tidak wajib yaitu untuk
    taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala





    Sewaktu haji wada’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
    berkurban 100 ekor binatang. Para sahabat juga menyembelih kurban.
    Kurban itu adalah suatu ibadah, karena daging kurban dibagikan kepada
    orang-orang miskin dan yang membutuhkan di hari-hari Mina dan lainnya.


    Demikianlah sebagian hikmah dari ibadah haji (rukun Islam yang ke
    lima) mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaatnya, dan senantiasa
    diberi petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala serta diberi kemudahan
    untuk menunaikannya. Aamiin





    [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun III/1419H/1999M,
    Disadur oleh Abu Shalihah dari Majalah Al-Furqon nomor 72 hal.18-21. ] sumber : almanhaj.or.id






  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent