• Keutamaan Kalimat Tauhid














    KEUTAMAAN KALIMAT TAUHID





    Khutbah Pertama:





    إِنَّ
    الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ
    بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
    اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ
    لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
    عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
    .


    يَا
    أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
    إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران: 102
    ].


    يَا
    أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
    وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
    وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
    عَلَيْكُمْ رَقِيبًا  [النساء: 1
    ].


    يَا
    أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70)
    يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
    اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  [الأحزاب: 70، 71
    ].


    أَمَّا
    بَعْدُ
    ..:





    Ma’asyiral muslimin,





    Khotib wasiatkan kepada diri khotib
    pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah
    .





    -،  وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ
    لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ





    “Barangsiapa bertakwa kepada Allah
    niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari
    arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS:Ath-Thalaaq | Ayat: 2-3).







    وَمَنْ
    يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا





    “Dan barangsiapa yang bertakwa
    kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan
    melipat gandakan pahala baginya.” (QS:Ath-Thalaaq | Ayat: 5).


    Kaum muslimin,





    Sungguh Allah telah menciptakan
    Adam ‘alaihissalam dengan tangan-Nya. Dia tiupkan ruh-Nya kepadanya. Dia
    ciptakan Adam di atas tauhid. Kemudian Allah mengambil perjanjian kepada
    keturunan-keturunannya agar mereka hanya menyembah Allah semata dan tidak
    menyekutukannya.





    وَإِذْ
    أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ
    عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ
    تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ





    Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
    mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
    kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
    Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan
    yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
    kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
    (QS:Al-A’raf | Ayat: 172).





    Dalam Shahih Muslim, Nabi bersabda,





    وَإِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ
    أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ
    مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِى مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ
    سُلْطَانًا




    “Sesungguhnya Aku telah menciptakan
    hamba-hamba-Ku dalam keadaan hunafa’ (Islam) semuanya. Kemudian setan
    memalingkan mereka dari agama mereka, dan mengharamkan atas mereka apa yang Aku
    halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang
    tidak Aku turunkan keterangannya.” (HR. Muslim).





    Setelah Nabi Adam wafat, manusia
    hidup di muka bumi selama 10 abad tanpa menyekutukan Allah
    . Hingga
    terjadi kesyirikan pada kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam. Lalu Allah
    mengutus Nabi
    Nuh dengan membawa risalah tauhid.





    يَا
    قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ


    “Wahai kaumku sembahlah Allah,
    sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (QS:Al-A’raf | Ayat: 59).





    Semua nabi dan rasul diutus kepada
    kaum mereka dengan membawa ajaran tauhid, mengesakan Rabb mereka.





    وَمَا
    أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا
    إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ




    Dan Kami tidak mengutus seorang
    rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada
    Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
    (QS:Al-Anbiyaa | Ayat: 25).





    Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya
    untuk mentauhidkan-Nya. Dia menjadikan tauhid sebagai pondasi agama. Maka tidak
    akan diterima suatu kebaikan kecuali disertai dengan tauhid. Tanpa tauhid amal
    akan terhapus. Walaupun amalan tersebut sebesar gunung.





    وَلَوْ
    أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ





    “Seandainya mereka mempersekutukan
    Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
    (QS:Al-An’am | Ayat: 88).





    Laa ilaaha illallaah, karena inilah Allah utus
    rasul-rasul-Nya. Dia turunkan kitab-kitab-Nya. Dia ciptakan surga dan neraka.
    Dia kelompokkan makhluk ini menjadi golongan orang yang beriman dan orang yang
    kafir. Laa ilaaha illallaah adalah kebaikan yang paling utama.
    Sebesar-besar perkara yang bisa menghapus dosa. Jika terkumpul tauhid, yakin,
    dan ikhlas.





    Sebuah hadits shahih dalam Sunan
    Ibnu Majah dan Mustadrak al-Hakim, Nabi
    bersabda,





    يُصَاحُ
    بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ
    فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ
    ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ
    لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ
    أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ
    بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ
    فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
    وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ
    الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ.
    فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ
    وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ





    “Ada seseorang yang terpilih dari
    umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan
    catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Satu catatannya saja jika dibentangkan
    sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau
    mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali
    wahai Rabbku.”





    Allah bertanya lagi, “Apakah yang
    mencatat hal ini berbuat zholim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau
    punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia
    berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih
    kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang zalim pada hari ini.”





    Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh
    (kartu) yang bertuliskan syahadat laa ilaha ilallaah wa anna muhammadan
    ‘abduhu wa rasulullah
    ’.
    Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama
    dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya,
    “Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di
    salah satu daun timbangan dan kartu ampuh laa ilaha illallaah’ di
    daun timbangan lainnya.Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan
    dengan beratnya kartu ampuh laa ilaha illalaah tadi. (HR. Ibnu
    Majah dan Tirmidzi).





    Betapa agungnya kalimat laa
    ilaaha illallaah
    .
    Kalimat ini adalah sebaik-baik kalimat. Amalan yang
    paling utama. Cabang keimanan yang paling tinggi. Sesuatu yang paling berat di
    timbangan. Kalimat ini adalah sebaik-baik bekal yang dipersiapkan untuk
    berjumpa dengan Allah
    . Karena itu
    para nabi berwasiat dengan kalimat ini tatkala mereka hendak meninggal.





    وَوَصَّى
    بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى
    لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ





    Dan Ibrahim telah mewasiatkan
    ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya´qub. (Ibrahim berkata): “Hai
    anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah
    kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS:Al-Baqarah | Ayat: 132).





    Siapa yang kalimat terakhir yang ia
    ucapkan di dunia adalah laa ilaaha illallaah, maka ia akan masuk surga.


    Ibadallah,





    Orang yang bertauhid adalah orang
    yang paling berbahagia dengan syafaat Nabi
    di hari
    kiamat. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata,





    يَا
    رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
    أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا
    اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ





    “Wahai Rasulullah, Siapakah orang
    yang paling bahagia dengan mendapatkan syafaatmu pada hari kiamat?”


    Maka Nabi menjawab :





    أَسْعَدُ
    النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
    خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ





    “Orang yang paling bahagia dengan
    mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan laa
    ilaaha illallaah
    (tiada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali
    Allah) secara ikhlas dari dalam hatinya.” (HR. al-Bukhari).





    Ibnul Qayyim rahimahullah
    mengatakan, “Semakin besar tauhid seseorang, maka semakin sempurna ampunan
    Allah untuknya. Siapa yang berjumpa dengan Allah tanpa menyekutukan sesuatu
    apapun dengan-Nya, Allah akan mengampuni semua dosanya.”





    Dalam Shahih Muslim, Allah berfirman
    dalam hadits qudsi,





    مَنْ
    لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ
    بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً





    “Barangsiapa menjumpai-Ku dengan
    membawa dosa sepenuh bumi sedangkan dia tidak menyekutukan-Ku sedikit pun, maka
    Aku akan menjumpainya dengan ampunan sepenuh bumi.” (HR. Muslim).


    Ibadallah,





    Oleh karena itu, Nabi melandasi
    dakwahnya dengan kalimat ini. Kehidupan beliau
    semuanya
    adalah realisasi dari tauhid. Baik saat beliau berada di Mekah atau sesudah
    hijrah ke Madinah. Baik saat beliau tinggal atau sedang bersafar. Baik saat
    damai atau berperang.





    قُلْ
    إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
    (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ





    Katakanlah: sesungguhnya
    sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
    alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
    dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS:Al-An’am
    | Ayat: 162-163).





    Rasulullah membina
    umatnya di atas kalimat ini. Dalam Sunan at-Tirmidzi disebutkan bahwa Ibnu
    Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan,





    يَا
    غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ
    تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ
    فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ
    يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ
    لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ
    إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ
    الصُّحُفِ





    “Wahai anak kecil, saya akan
    mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan
    menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu
    meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah
    pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul
    untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat
    memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan
    jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak
    akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena
    telah diangkat dan lembaran telah kering.”





    Allahu Akbar! Sebuah wasiat yang agung.
    Menanamkan tauhid di dalam hati. Demi Allah, Dialah yang menciptakan segala
    perkara. Di tangan-Nya perbendaharaan langit dan bumi. Dialah yang memenuhi
    kebutuhan. Yang menjawab doa-doa. Semua makhluk itu miskin dan membutuhkannya.
    Sangat butuh pada karunia dan kedermawanan-Nya. Sangat butuh pada kasih sayang
    dan pemberian dari-Nya.





    أَمَّنْ
    يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ
    الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ





    “Atau siapakah yang memperkenankan
    (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang
    menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di
    bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
    mengingati(Nya).” (QS:An-Naml | Ayat: 62).





    Saat Nabi sakit yang
    membawanya kepada wafat. Salah seorang istri beliau bercerita tentang gereja
    yang dilihatnya di negeri Habasyah dan gambar-gambar yang ada di dalamnya.
    Kemudian Nabi
    menegakkan
    kepalanya dan berkata,





    إِنَّ
    أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى
    قَبْرِهِ مَسْجِدًا ، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ ، فَأُولَئِكَ شِرَارُ
    الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ





    “Sesungguhnya mereka itu apabila di
    antara mereka terdapat orang yang sholih yang meninggal dunia, maka mereka pun
    membangun di atas kuburnya masjid (tempat ibadah) dan mereka memasang di
    dalamnya gambar-gambar untuk mengenang orang-orang soleh tersebut. Mereka itu
    adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak” (HR.
    Bukhari dan Muslim).


    Kaum muslimin,





    Rasulullah benar-benar
    bersemangat dalam menjaga tauhid agar nilai-nilai tauhid itu tidak berkurang.
    Baik nilai-nilai tersebut terdapat pada niat, ucapan, maupun perbuatan. Dalam
    Musnad Imam Ahmad, Rasulullah
    mendengar
    seseorang yang mengatakan, “Masya Allahu wa syi’ta (artinya: atas kehendak
    Allah dan kehendakmu)” Nabi
    berkata
    padanya,





    أَجَعَلْتَنِى
    وَاللَّهَ عَدْلاً بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ





    “Apakah engkau ingin menjadikanku
    dan Allah itu semisal (sejajar), cukuplah katakan masya Allahu wahdah (artinya:
    atas kehendak Allah saja).” (HR. Ahmad),





    Ada pula seorang laki-laki datang
    menemui Nabi
    , ia berkata,





    إَنِّي
    نَذَرْتُ أَنْ أَنْحَرَ إِبِلاً بِبُوَانَةَ – يَعْنِي: مَوْضِعًا
    -،
    فَقَالَ النَبِيُّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: هَلْ كَانَ فِيْهَا
    وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِيَّةِ يُعْبَدُ؟ قَالُوْا : لاَ، قَالَ : هَلْ
    كَانَ فِيْهَا عِيْدٌ مِنْ أَعْيَادِ هِمْ؟، قَالُوْا : لاَ، قَالَ رَسُولُ
    اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْفِ بِنَذَرِكَ فَإِنَّهُ لاَ
    وَفَاءَ لِنَذَرٍ فِيْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ





    “Sesungguhnya aku bernadzar untuk
    menyembelih seekor onta di Buwanah –nama sebuah tempat-.” Nabi
    bertanya,
    “Apakah di situ terdapat berhala jahiliyah yang disembah?” “Tidak ada”, jawab
    mereka.





    Nabi bertanya kembali, “Apakah di
    sana dirayakan hari raya mereka?” “Tidak”, jawab mereka.


    Nabi bersabda,
    “Tepatillah nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam
    maksiat terhadap Allah.” (HR. Abu Dawud dalam Sunannya).


    Ibadallah,





    Demikian juga dengan niat-niat.
    Wajib hanya ikhlak kepada Allah, Rabb penguasa langit dan bumi. Dalam Shahih
    Muslim, Nabi
    bersabda,





    قَالَ
    اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ
    عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ





    “Allah Tabaraka wa Ta’ala
    berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik.
    Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan
    meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan
    syiriknya.” (HR. Muslim).





    Ibnul Qayyim rahimahullah
    mengatakan, “Ikhlas dan tauhid adalah sebuah pohon yang berada di dalam hati.
    Cabang-cabangnya adalah amalan. Buahnya adalah baiknya kehidupan dunia dan
    kenikmatan yang abadi di akhirat. Sebagaimana buah surga, tidak pernah berhenti
    dan tak sulit mengambilnya. Seperti inilah buah ikhlas dan tauhid. Demikian
    juga syirik, kemunafikan, dan riya’ adalah pohon yang berada di dalam hati.
    Buahnya di dunia adalah rasa takut, bingung, cemas, dada yang sempit, dan hati
    yang gelap. Buahnya di akhirat adalah Zaqqum dan adzab yang abadi. Allah telah
    menyebutkan dua macam pohon ini di dalam surat Ibrahim.”





    أعوذُ
    بالله من الشيطان الرجيم:  أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا
    كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي
    السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ
    اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ
    كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا
    لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26) يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ
    الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ
    الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ  [إبراهيم: 24- 27
    ]. 





    “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
    Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
    akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
    pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
    itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
    buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
    permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman)
    orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia
    dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa
    yang Dia kehendaki.” (QS:Ibrahim | Ayat: 24-27).





    بَارَكَ
    اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ بِمَا
    فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا،
    وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛
    إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
    .








    Khutbah Kedua





    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ،
    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ
    رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
    شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ
    عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ
    بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
    .


    أَمَّا بَعْدُ ..
    مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ
    :





    Nash-nash syariat yang menjelaskan tentang
    keutamaan kalimat tauhid (laa ilaaha illallaah) menunjukkan betapa agung
    dan mulia kalimat ini. Di antranya:





    Kalimat tauhid membuat darah pemiliknya terjaga.
    Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari hadits Usamah radhiallahu ‘anhu:





    بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِلى
    الْحُرَقَةِ فَصَبَّحْنَا الْقَوْمَ فَهَزَمْنَاهُمْ، وَلَحِقْتُ أَنَا وَرَجُلٌ
    مِنَ الأَنْصارِ رَجُلاً مِنْهُمْ، فَلَمّا غَشِينَاهُ قَالَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ،
    فَكَفَّ الأَنْصارِيُّ عَنْهُ، وَطَعَنْتُهُ بِرُمْحي حَتّى قَتَلْتُهُ؛ فَلَمّا
    قَدِمْنَا، بَلَغَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقالَ: يا أُسامَةُ
    أَقَتَلْتَهُ بَعْدَما قَالَ لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ، قُلْتُ كَانَ مُتَعَوِّذًا؛
    فَما زَالَ يُكَرِّرُها حَتّى تَمَنَّيْتُ أَنّي لَمْ 


    أَكُنْ أَسْلَمْتُ قَبْلَ
    ذَلِكَ الْيَوْمِ ” رواه البخاري ومسلم





    “Rasulullah mengutus kami ke daerah
    Alhuraqah. Kami pun segera menyerbu orang-orang di sana di pagi hari, sehingga
    kami mengalahkan mereka. Kemudian aku bersama seorang sahabat Anshar mengejar
    seorang lelaki di antara mereka. Ketika telah kami kepung tiba-tiba ia
    mengucapkan : “Laa ilaaha illallaah”, maka kawanku al-Anshari itu
    menghentikan pedangnya, namun aku langsung menikamnya dengan tombakku hingga ia
    mati. Saat kami kembali kembali ke Madinah, rupanya -berita itu telah sampai
    kepada Nabi
    . Beliau pun bertanya padaku, “Wahai Usamah
    apakah Anda membunuhnya sesudah ia mengucapkan: “Laa ilaaha illallaah?”
    “Dia hanya akan menyelamatkan dirinya.”, jawabku. Nabi
    pun mengulang-ulang
    tegurannya, sehingga aku mengandai-andai bahwa diriku ini belum masuk Islam
    sebelum hari itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).





    Dalam riwayat Imam Muslim diterangkan bahwa
    orang yang dibunuh Usamah telah memusuhi kaum muslimin dan membunuh beberapa
    sahabat Rasulullah
    . Ketika melihat pedang –kalah dan hampir
    mati- ia mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Bersamaan dengan itu, Nabi
    masih mengatakan pada
    Usamah, “Apakah Anda membunuhnya.” Usamah menjawab, “Iya.” Kemudian Rasulullah
    bersabda,





    فَكَيْفَ تَصْنَعُ بِـ
    لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ إَذَا جَاءَتْ يَوْمُ القِيَامَةِ؟!». قَالَ: يَا
    رَسُوْلَ اللهِ! اسْتَغْفِرْ لِي، قَالَ
    : «وَكَيْفَ تَصْنَعُ بِـ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ إَذَا جَاءَتْ يَوْمُ القِيَامَةِ؟!».
    قَالَ: فَجَعَلَ لَا يَزِيْدُهُ عَلَى أَنْ يَقُوْلَ
    : « وَكَيْفَ تَصْنَعُ بِـ لَا إِلَهَ
    إِلَّا اللهُ إَذَا جَاءَتْ يَوْمُ القِيَامَةِ ؟





    “Apa yang akan engkau perbuat dengan Laa
    ilaaha illallaah
    ketika datang hari kiamat?!” “Wahai Rasulullah, mohonkan
    ampunan untukku.”, kata Usamah. “Apa yang akan engkau perbuat dengan Laa
    ilaaha illallaah
    ketika datang hari kiamat?!” Beliau tidak menambahkan
    ucapannya kecuali mengulang-ulang, “Apa yang akan engkau perbuat dengan Laa
    ilaaha illallaah
    ketika datang hari kiamat?!”


    Ibadallah,





    Sesungguhnya perkara darah tidak menjadi halal
    hanya karena penafsiran dan sangka saja. Nabi
    sama sekali tidak
    menoleransi penafsiran dan pendapat Usamah. Beliau mengecamnya dengan kecaman
    keras, “Apa yang akan engkau perbuat dengan Laa ilaaha illallaah ketika
    datang hari kiamat?!” Sampai-sampai Usamah lupa amalan-amalan kebajikan yang
    pernah ia lakukan. Ia hanya berharap baru masuk Islam ketika itu.





    Saudaraku kaum muslimin,





    Jika darah seorang yang memerangi kaum muslimin
    saja dianggap sesuatu yang besar oleh Nabi
    , dan secara zahir orang
    tersebut mengucapkannya hanya supaya tidak dibunuh (dalam perang), bagaimana
    dengan darah seorang muslim dan bertauhid?





    Betapa agama Islam ini menganggap serius
    permasalahan darah. Dan mengancam orang-orang yang meremehkan dan
    mengucurkannya tanpa sebab yang dibenarkan. Mereka diancam dengan adzab yang
    besar di dunia dan akhirat.





    وَمَنْ يَقْتُلْ
    مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ
    عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا





    “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin
    dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
    murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
    (QS:An-Nisaa | Ayat: 93).





    Ibadallah,





    Permasalahan darah sudah begitu jelas. Nash-nash
    syariat memberi batasan yang gamblang. Penafsiran-penafsiran orang-orang yang
    sesat ditolak. Tidaklah yang melenceng dari permasalahan ini kecuali dia akan
    binasa. Apa yang akan mereka perbuat dengan Laa ilaaha illallaah ketika
    datang hari kiamat?!





    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
    مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
    آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى
    مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
    آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
    الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
    : أَبِيْ بَكْرٍ،
    وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَحَابَةِ وَالتَّابِعْيَنْ،
    وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
    بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَجُوْدِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ
    أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ 





    وَالمُسْلِمِيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ، وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِنًا
    مُطْمَئِنًّا رَخَاءً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ
    .





    اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا
    تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا
    وَمَوْلَاهَا، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ
    .





    اَللَّهُمَّ يَا حَيُّ
    يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ نَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ،
    وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ
    .





    اَللَّهُمَّ فَرِّجْ
    هَمَّ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ، وَنَفِّسْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ،
    وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنِ المَدِيْنِيْنَ، وَاشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى
    المُسْلِمِيْنَ
    .





    اَللَّهُمَّ وَفِّقْ
    إِمَامَنَا بِتَوْفِيْقِكَ، وَأَيِّدْهُ بِتَأْيِيْدِكَ، وَاجْزِهُ خَيْرَ
    الجَزَاءِ عَنِ الإِسْلَامِ وَالمُسْلِمِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
    اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ لِمَا فِيْهِ خَيْرٌ لِلْبَلَادِ
    وَالعِبَادِ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أُمُوْرَ المُسْلِمِيْنَ لِمَا
    تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَنَا وَبِلَادَنَا وَأَمْنَنَا وَرِجَالَ
    أَمْنِنَا بِسُوْءٍ فَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ تَدْمِيْرًا عَلَيْهِ، اَللَّهُمَّ
    إِنَّا نَدْرَأُ بِكَ فِي نُحُوْرِهِمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.
    اَللَّهُمَّ احْفَظْ وَانْصُرْ جُنُوْدَنُا المُرَابِطِيْنَ عَلَى حُدُوْدِ
    بِلَادِنَا، اَللَّهُمَّ ثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ
    وَعَدُوِّهِمْ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ، يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
    .





    اَللَّهُمَّ اجْعَلْ
    خَيْرَ أَعْمَالِنَا خَوَاتِيْمَهَا، وَخَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ،
    وَآخِرَ كَلَامِنَا مِنَ الدُّنْيَا
    : شَهَادَةَ
    أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
    .

    سُبْحَانَ
    ربِّكَ رَبِّ العِزَّة عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، والحمدُ
    للهِ رَبَّ العَالَمِيْنَ







    Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Mahir al-Mu’ayqali (Imam dan Khotib Masjid al-Haram)

    Judul: Fadhail Kalimat at-Tauhid

    Tanggal: 10 Syawwal 1437 H



    Read more https://khotbahjumat.com/4076-khutbah-jumat-masjid-al-haram-keutamaan-kalimat-tauhid.html


    Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Mahir al-Mu’ayqali (Imam dan Khotib Masjid al-Haram)

    Judul: Fadhail Kalimat at-Tauhid

    Tanggal: 10 Syawwal 1437 H



    Read more https://khotbahjumat.com/4076-khutbah-jumat-masjid-al-haram-keutamaan-kalimat-tauhid.html

    Diterjemahkan dari khotbah jumat Syaikh Mahir al-Mu'ayqali ( Imam dan Khatib Masjid al-Haram)

    Judul : Fadhail Kalimat at-Tauhid

    Tanggal : 10 Syawwal 1437H

    Sumber Artikel  : Khotbah Jumat.Com
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent