Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang
telah Allah berikan kepada orang lain. Bukanlah definisi yang tepat untuk hasad
adalah mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain, bahkan semata-mata
merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah
terhitung hasad baik diiringi harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun
sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa definisi hasad adalah
merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.
Hasad memiliki banyak
bahaya di antaranya:
- Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak
suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada
hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan
menentang takdir Allah. - Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana
api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu
akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan
kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan
martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis
berbagai kebaikan yang ada. - Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad.
Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain
maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang
yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada
orang lain maka dia berduka dan susah hati. - Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter
orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir
maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi
bersabda, “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian
dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih) - Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin
baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah
disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di
dalam hati. - Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi
bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk
saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR
Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan
hilangnya nikmat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau
tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka
engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan
untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna. - Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta
karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada
orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal
Allah ta’ala berfirman,
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا
فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا
اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ
فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
- Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada.
Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat.
Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari
pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang
tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak
mau menyukuri nikmat tersebut. - Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi
nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha
menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara
merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll. - Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu
akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti
untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya
sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan
kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan
dicampakkan ke dalam neraka.
Ringkasnya, dengki
adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini
banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang.
Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat
disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal
sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat
hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.
***
Oleh: Syaikh Muhammad bin
Sholih al ‘Utsaimin
Penerjemah: Ustadz Aris Munandar
Sumber : artikel Muslim.Or.Id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar