kelima
KEUTAMAAN TAUHID[1]
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir JawasOrang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'alal memiliki banyak keutamaan, antara lain:
1. Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihapus dosa-dosanya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'aliahi wa sallam dalam
sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Allah
Yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman:
...يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا
ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا
مَغْفِرَةً.
‘...Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa
sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku
sedikit pun juga, pasti Aku akan berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi
pula.’” [2]
2. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan mendapatkan
petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
ذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan
kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman
dan mereka mendapat petunjuk. ” [Al-An’aam: 82]
Di antara permohonan kita yang paling banyak adalah memohon agar ditunjuki jalan yang lurus:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.” [Al-Faatihah: 6-7]
Yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ
اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), maka mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
(yaitu) para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya.”
[An-Nisaa': 69]
Kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar terhindar dari
jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan orang-orang yang sesat,
yaitu jalannya kaum Yahudi dan Nasrani.
3. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًاوَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka...” [Ath-Thalaq: 2-3]
Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah kalau dia tidak
bertauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa akan diberikan jalan keluar
dari berbagai masalah hidupnya.[3]
4. Orang yang mentauhidkan Allah, maka Allah akan menjadikan dalam
hatinya rasa cinta kepada iman dan Allah akan menghiasi hatinya
dengannya serta Dia menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ
مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ
الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ
وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“...Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan
(iman itu) indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus.” [Al-Hujurat: 7]
5. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah,
dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam adalah orang yang mengatakan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.
6. Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dijamin masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” [4]
مَنْ مَاتَ لاَيُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.” [5]
7. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [Muhammad: 7]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak
mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun. Tetapi barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” [An-Nuur: 55]
8. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl:
97]
9.Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di Neraka.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ
حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد
ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ
مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ،
أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً؟
“Setelah penghuni Surga masuk ke Surga, dan penghuni Neraka masuk ke
Neraka, maka setelah itu Allah Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Keluarkan
(dari Neraka) orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji
sawi iman!’ Maka mereka pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh
mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke
sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana
tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai. Tidakkah engkau
perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?”
[6]
10. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, maka amal yang sedikit itu akan menjadi banyak.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” [Al-Mulk: 2]
Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah Azza wa Jalla menyebutkan dengan
“amal yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”. Amal dikatakan baik
atau shalih bila memenuhi 2 syarat, yaitu: (1) Ikhlas, dan (2) Ittiba’
(mengikuti contoh) Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ pada hari Kiamat lebih berat dibandingkan langit dan bumi dengan
sebab ikhlas.
11. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was,
dalam ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya
anak lebih dari dua, takut tentang masa depan, takut hartanya lenyap
dan seterusnya.
12. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal kita.
Sempurna dan tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang
yang beramal tapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas,
niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan
kebahagiaan baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan
lainnya. Syirik (besar) akan menghapus seluruh amal.
13. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diringankan
dari perbuatan yang tidak ia sukai dan dari penyakit yang dideritanya.
Oleh karena itu, jika seorang hamba menyempurnakan tauhid dan
keimanannya, niscaya kesusahan dan kesulitan dihadapinya dengan lapang
dada, sabar, jiwa tenang, pasrah dan ridha kepada takdir-Nya.
Para ulama banyak menjelaskan bahwasanya orang sakit dan mendapati musibah itu harus meyakini bahwa:
a. Penyakit yang diderita itu adalah suatu ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Dan penyakit adalah sebagai cobaan dari Allah.
b. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dosa dan maksiyat yang ia kerjakan.
c. Hendaklah ia meminta ampun dan kesembuhan kepada Allah Azza wa Jalla,
serta meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla sajalah yang dapat
menyembuhkannya.
14. Tauhid akan memerdekakan seorang hamba dari penghambaan kepada
makhluk-Nya, agar menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja yang
menciptakan semua makhluk.
Artinya yaitu orang-orang yang bertauhid dalam ke-hidupannya hanya
menghamba, memohon pertolongan, meminta ampunan dan berbagai macam
ibadah lainnya, hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.
15. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dimudahkan
untuk melaksanakan amal-amal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran,
serta dapat menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menganjurkan
kepada umatnya agar berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla untuk memohon
segala kebaikan dan dijauhkan dari berbagai macam kejelekan serta
dijadikan setiap ketentuan (qadha) itu baik untuk kita. Do’a yang dibaca
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut adalah:
اَللَّهُمَّ ...وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا.
“Ya Allah..., dan aku minta kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap
ketetapan (qadha) yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan suatu
kebaikan.”[7]
Salah satu rukun iman adalah iman kepada qadha’ dan qadar, yang baik dan
yang buruk. Dengan mengimani hal ini niscaya setiap apa yang terjadi
pada diri kita akan ringan dan mendapat ganjaran dari Allah apabila kita
sabar dan ridha.
16. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas dan benar akan dilapangkan dadanya.
17. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas, jujur dan tawakkal
kepada Allah dengan sempurna, maka akan masuk Surga tanpa hisab dan
adzab.
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka
At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
sumber almanhaj.or.id
_______
Footnote
[1]. Dinukil dari kitab al-Qaulus Sadiid fi Maqaashidit Tauhiid (hal.
23-25) oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, disertai beberapa
tambahan dan dalil-dalil dari penulis.
[2]. HR. At-Tirmidzi (no. 3540), ia berkata, “Hadits hasan gharib.”
[3]. Lihat al-Qaulus Sadiid fi Maqaashid Tauhid oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.
[4]. HR. Muslim (no. 26) dari Shahabat ‘Utsman Radhiyallahu anhu.
[5]. HR. Muslim (no. 93) dari Shahabat Jabir Radhiyallahu anhu.
[6]. HR. Al-Bukhari (no. 22) dari Abu Sa’id al-Khudriy Radhiyallahu anhu.
[7]. HR. Ibnu Majah (no. 3846), Ahmad (VI/134), al-Hakim dan ia
menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi (I/522). Untuk lebih
lengkapnya, silakan baca buku Do’a & Wirid (hal. 269-270, cet. VI)
oleh penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar