Termasuk kesalahan yang amat fatal jika kita hanya meyakini
seperti kebanyakan orang bahwa bencana banjir dan sejenisnya adalah
sekadar bencana alam murni tanpa ada sebab dan hikmah di dalamnya.
Bencana demi bencana menimpa negeri ini
secara bertubi-tubi; tanah longsor, tsunami, kebakaran, gunung meletus,
dan yang sedang marak sekarang ini adalah bencana banjir.
Tentu saja, sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa di balik
bencana tersebut terkandung hikmah bagi kita semuanya, di antaranya agar
kita semua berintrospeksi dan berbenah diri, bertaubat dan bersimpuh di
hadapan Allah.
Sungguh, termasuk kesalahan yang amat fatal jika kita hanya meyakini
seperti kebanyakan orang bahwa bencana banjir dan sejenisnya adalah
sekadar bencana alam murni tanpa ada sebab dan hikmah di dalamnya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata dalam khutbahnya yang berjudul Atsaril Ma’ashi:
“Sesungguhnya kebanyakan manusia sekarang menganggap bahwa musibah yang menimpa mereka baik dalam bidang perekonomian, keamanan, atau politik disebabkan karena faktor-faktor dunia semata.
Tidak ragu lagi bahwa semua ini merupakan kedangkalan pemahaman
mereka dan lemahnya iman mereka serta kelalaian mereka dari merenungi
al-Qur‘an dan sunnah Nabi.
Sesungguhnya di balik musibah ini terdapat faktor penyebab syar’i yang lebih besar dari faktor-faktor duniawi. Allah berfirman:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar). (QS ar-Rum [30]: 41)”.
Semoga Allah merahmati para ulama salaf yang selalu melakukan introspeksi atas segala musibah yang menimpa mereka, lalu segera sadar dan memperbaiki diri.
Ibnu Sirin berkata, “Saya tahu dosa apa yang menyebabkan aku sekarang
ini memikul hutang, karena dahulu empat puluh tahun silam saya pernah
mengatakan kepada seorang: ‘Wahai muflis (orang yang bangkrut)’”.
Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Dahulu aku diberi pemahaman tentang
al-Qur‘an, namun tatkala aku menerima kantong uang maka pemahaman itu
hilang dariku”.
Demikianlah orang-orang yang cerdas, mereka selalu melakukan introspeksi dan mengakui kesalahan dan dosa yang menyebabkan musibah yang terjadi pada dirinya.
***
Penulis: Ust. Abu Ubaidah As Sidawi
Artikel MuslimOrId
Tidak ada komentar:
Posting Komentar