• Bulan Ramadhan Anugrah Teragung


    BULAN RAMADHAN ANUGRAH TERAGUNG















    Oleh

    Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin hafizhahumallâh





    Allâh Azza wa Jalla telah memberikan kepada para hamba-Nya nikmat
    yang sangat banyak dan tidak terhitung. Allâh Azza wa Jalla berfirman:





    وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا





    Dan jika kamu menghitung nikmat Allâh, kamu tidak akan dapat menghitungnya [Ibrahim/14:34]





    Nikmat-nikmat itu ada yang bersifat mutlak dan ada pula yang bersifat
    muqayyad (terikat); ada yang bersifat keagamaan dan ada pula yang
    bersifat keduniaan. Allâh Azza wa Jalla menunjukkan para hamba-Nya
    kepada kenikmatan- kenikmatan tersebut lalu Allâh Azza wa Jalla juga
    membimbing mereka untuk meraih kenikmatan tersebut. Allâh Azza wa Jalla
    juga menyeru para hamba untuk masuk ke dalam dâris salâm (surga). Allâh
    Azza wa Jalla berfirman:





    وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ





    Allâh menyeru (manusia) ke dârus salâm (surga), dan menunjuki orang
    yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). [Yûnus/10:25]





    Allâh Azza wa Jalla menganugerahkan kesehatan akal dan fisik kepada
    mereka, memberikan rezeki yang halal, menundukkan untuk mereka apa yang
    ada di langit dan apa yang ada di bumi. Semua anugerah ini berasal Allâh
    Azza wa Jalla diberikan kepada para hamba-Nya agar mereka bersyukur
    kepada-Nya, beribadah hanya kepadanya serta tidak menyekutukannya.
    Dengan melakukan itu semua, mereka akan meraih ridha Allâh Azza wa Jalla
    dan bisa selamat dari siksa-Nya.





    Salah satu contoh nikmat agung yang Allâh Azza wa Jalla berikan
    kepada para hamba-Nya yang beriman yaitu disyari’atkannya buat mereka
    puasa pada bulan yang penuh berkah yaitu Ramadhan. Allâh Azza wa Jalla
    menjadikan puasa ini sebagai salah satu rukun agama Islam. Oleh karena
    puasa itu merupakan nikmat agung yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada
    hamba-Nya, maka Allâh Azza wa Jalla menutup ayat yang mengandung
    perintah untuk puasa pada bulan ramadhan dengan firman-Nya:





    وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ





    Supaya kamu bersyukur [al-Baqarah/2:185]





    Karena bersyukur merupakan tujuan dari penciptaan makhluk dan pemberian beragam kenikmatan.





    Hakikat syukur adalah mengakui nikmat tersebut datang dari Allâh Azza
    wa Jalla dibarengi dengan ketundukan kepada-Nya, merendahkan diri dan
    mencintai-Nya. 





    Barangsiapa tidak mengetahui suatu nikmat maka dia tidak bisa bersyukur.

    Barangsiapa mengetahui sebuah kenikmatan akan tetapi dia tidak
    mengetahui Pemberinya maka dia juga tidak akan bisa mensyukurinya.





    Barangsiapa mengetahui kenikmatan dan mengetahui Pemberinya namun dia
    mengingkari kenikmatan tersebut maka itu artinya dia telah kufur
    terhadap nikmat tersebut.





    Barangsiapa mengetahui kenikmatan dan mengetahui Pemberinya dan dia
    juga mengakui kenikmatan tersebut, hanya saja dia tidak tunduk
    kepada-Nya, tidak mematuhi-Nya, dan tidak mencintai Pemberinya serta
    tidak ridha dengan-Nya, maka dia belum dianggap bersyukur.





    Barangsiapa mengetahui kenikmatan dan mengetahui pemberinya lalu dia
    tunduk kepada-Nya, mencintai Permberi nikmat, ridha terhadap-Nya serta
    menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang dicintai-Nya dan dalam
    rangka menaati-Nya, maka dialah orang yang dikatakan bisa bersyukur
    terhadap sebuah kenikmatan. 





    Dari penjelasan ini, tampak jelas bahwa syukur itu terbangun di atas lima kaidah :





    • Ketundukan orang yang bersyukur kepada Allâh

    • Mencintai-Nya,

    • Mengakui nikmat yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan kepadanya,

    • Memuji-Nya karena Dia telah memberikan nikmat kepadanya,

    • Menggunakan nikmat tersebut dalam rangka mentaat-Nya, 





    Lima hal ini merupakan pondasi syukur. Ketika salah satu dari lima
    pondasi ini hilang atau tidak ada, maka rasa syukur tersebut tidak
    dianggap atau nilainya berkurang. Dan semua orang yang berbicara tentang
    syukur serta pengertiannya, maka perkataannya tidak akan pernah keluar
    dari lima hal di atas[2]. 





    Dalam upaya merealisasikan rasa syukur ini, manusia atau para hamba
    Allâh Azza wa Jalla terbagi menjadi berbagai tingkatan tergantung sejauh
    mana mereka mengenal Pencipta yang Mahaagung, Pemberi nikmat yang
    Mahamulia. Diantara mereka ada yang memahami nama dan sifat Allâh Azza
    wa Jalla secara terperinci, memahami betapa agung ciptaan-Nya dan
    perbutatan-NYa, mengetahui betapa indah ciptaan Allâh. Orang seperti ini
    hatinya akan penuh dengan kecintaan kepada Allâh, lisannya akan
    dipenuhi dengan pujian, anggota badannya akan selalu melakukan hal-hal
    yang diridhai oleh Allâh. Dia mengakui semua nikmat yang diberikan
    kepadanya, dan mempergunakannya pada hal-hal yang dicintai dan diridhai
    oleh Allâh Azza wa Jalla. Diantara manusia juga ada yang tenggelam dalam
    kelalaian dan kejahilan tentang Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang
    seperti ini akan semakin jauh dari Allâh Azza wa Jalla dengan sebab
    pengingkaran yang dia lakukan terhadap nikmat Allâh, atau dia tidak
    mengingkarinya akan tetapi dia tidak mau tunduk dan patuh terhadap
    perintah dan syari’at Allâh Azza wa Jalla .





    Bulan Ramadhan yang penuh berkah merupakan anugrah ilahi kepada
    seluruh hamba, agar mereka yang beriman bertambah keimanan mereka,
    sementara orang-orang yang melampui batas (yang melakukan berbagai
    pelanggaran-red) serta yang meremehkan syari’ah bisa bertaubat kepada
    Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla mengistimewakan bulan ini
    dengan berbagai kekhususan dan keistimewaan yang tidak ada pada bulan
    yang lainnya. 





    Berikut akan disebutkan beberapa keistimewaan bulan ini dengan
    harapan agar kita bisa bisa memahami betapa agung nikmat bulan Ramadhan
    ini supaya kita semakin tergerak untuk bersyukur dengan beribadah kepada
    Allâh Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya.





    a. Bulan Ramadhan teristimewa dengan al-Qur’ân, karena pada bulan ini
    al-Qur’ân diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Allâh Azza wa Jalla
    berfirman: 





    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ





    Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’ân sebagai
    petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
    dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) [al-Baqarah/2:185]





    Dalam ayat tersebut, Allâh Azza wa Jalla menyanjung bulan Ramadhan
    diantara bulan-bulan lainnya, dengan memilihnya sebagai waktu
    diturunkannya al-Qur’an, bahkan disebutkan dalam sebuah hadits bahwa
    bulan Ramadhân merupakan waktu diturunkan seluruk kitab-kitab Allâh Azza
    wa Jalla kepada para nabi. Dalam Musnad karya Imam Ahmad dan Mu’jamul
    Kabîr karya Imam Thabrani dari shahabat Wâtsilah bin ‘Asqa’, Rasûlullâh
    Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 





    أُنْزِلَتِ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ
    رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ،
    وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ
    الْقُرْآنُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ





    Shuhuf Nabi Ibrâhim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, dan
    Taurat pada hari keenam bulan Ramadhan, sedangkan Injil pada hari
    ketiga belas dari bulan Ramadhan, sedangkan al-Qur’ân diturunkan pada
    hari kedua puluh empat dari bulan Ramadhan[3]. 





    Hadits ini menunjukkan bahwasanya kitab-kitab samawiyah diturunkan
    kepada para rasul di bulan Ramadhan, hanya saja kitab-kitab itu
    diturunkan sekaligus (tidak bertahap), sementara al-Qur’ân karena
    kemulian dan keagungan yang dimilikinya, dia diturunkan sekaligus ke
    Baitil Izzah di langit dunia (pertama) dan itu terjadi saat lailatul
    qadar pada bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :





    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ





    Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’ân) pada malam kemuliaan [al-Qadr/97:1]


    Dan firman-Nya:





    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ





    Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
    sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [ad-Dukhân/44:3]





    Kemudian setelah itu, diturunkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
    sallam secara bertahap. Ini menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan. Dan
    bulan ini menjadi istimewa dengan sebab al-Qur’ân, yang mana pada bulan
    ini ummat manusia mendapakan keutamaan yang besar dari Allâh, yaitu
    turunnya wahyu Allâh Azza wa Jalla yang membawa hidayah bagi ummat
    manusia, bagi kebaikan mereka di dunia maupun di akhirat. al-Qur’an juga
    merupakan pembeda antara petunjuk dan kesesatan, pembeda antara haq dan
    bathil, antara cahaya dan kegelapan.





    b. Bulan Ramadhan menjadi istimewa karena padanya ada lailatul qadar yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya:





    وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ


    Dan tahukah kamu apakah lailatul qadar (malam kemuliaan) itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [al-Qadr/97:2-3]





    Maksudnya adalah amalan yang dilakukan pada saat lailatul qadr lebih
    baik daripada amalan yang dilakukan pada seribu bulan selain bulan
    Ramadhan.





    c. Bulan Ramadhan menjadi istimewa juga karena ada ibadah puasa.
    Puasa pada bulan ini bisa menjadi sebab terhapusnya dosa. Dalam sebuah
    hadits yang dikeluarkan oleh Imam al-Bukhâri dan Muslim dari Abu
    Hurairah Radhiyallahu anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
    bersabda:





    مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ





    Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan
    pengharapan, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni [4]





    Yang dimaksud dengan penuh keimanan adalah keimanan yang penuh kepada
    Allâh Azza wa Jalla dengan mengharapkan pahala dan ganjaran dari-Nya,
    tidak benci terhadap kewajiban puasa serta tidak ragu terhadap pahala
    yang akan didapatkannya. Orang seperti ini, akan diampuni semua dosa
    yang telah lalu oleh Allâh Azza wa Jalla. Disebutkan dalam Shahîh Muslim
    dari shahabat Abi Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Shallallahu
    ‘alaihi wa sallam bersabda: 





    الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ ، وَرَمَضَانُ
    إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّراتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ
    الكَبَائِرُ





    Shalat lima waktu, antara Jumat yang satu dengan yang lainnya, dan
    antara Ramadhan yang satu dengan yang lainnya, dosa diantara semua itu
    akan diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla , jika dosa-dosa besar telah
    dijauhi[5] 





    Pada bulan ini juga para syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga
    dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup, dan Allâh Azza wa Jalla pada
    setiap malam dari bulan Ramadhan membebaskan banyak orang dari api
    neraka.





    d. Pada bulan ini juga Allâh Azza wa Jalla memenangkan kaum Muslimin
    atas musuh-musuh mereka diperang Badr, padahal jumlah musuh pada saat
    itu tiga kali lipat dari jumlah kaum Muslimin. Pada bulan ini juga,
    Allâh Azza wa Jalla menaklukkan kota Mekah melalui tangan Nabi Muhammad
    Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mensucikan kota Mekah dari kotoran
    berhala, dan ada tiga ratus enam puluh patung yang berada di Ka’bah dan
    sekitarnya. Rasulullah menghancurkan patung-patung tersebut seraya
    membaca:





    وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا





    Dan katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang bathil telah
    lenyap”. Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
    [al-Isrâ’/17:81]





    (Dengan ini semua), maka bulan Ramadhan merupakan bulan untuk
    bersungguh-sungguh dan bulan untuk beramal, bulan ibadah serta jihad di
    jalan Allâh.





    Dengan keutamaan yang dimiliki oleh bulan ini serta berbagai anugrah
    yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada para hamba-Nya yang beriman pada
    bulan ini, maka sudah selayaknya para hamba mengagungkan bulan ini dan
    menjadikan bulan ini sebagai momen untuk beribadah serta menambah bekal
    akhirat.





    Ya Allah Azza wa Jalla jadikanlah kami termasuk orang-orang yang
    mengerti kedudukan dan kehormatan bulan Ramadhan ini! Berikanlah taufiq
    kepada kami untuk melakukan amalan-amalan yang mendatang ridha-Mu!
    Sesungguhnya Engkau maha Mendengar doa





    [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVIII/1435H/2014.
    Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
    Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

    _______

    Footnote

    [1]. Tharîqul Hijratain, Ibnul Qayyim, hlm. 172

    [2]. Madârijus Sâlikin, Ibnul Qayyim, 2/244

    [3]. Musnad Imam Ahmad, 4/107, no. 16921; at-Thabrani, no. 17646. lafazh ini milik Imam Ahmad

    [4]. Muttafaq ‘alaih; Imam al-Bukhâri, no. 2014 dan Imam Muslim, no. 760

    [5]. HR. Imam Muslim, no. 233






    Sumber: https://almanhaj.or.id/4167-bulan-ramadhan-anugrah-teragung.html

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent