• Seharusnya Kita Selalu Menangis

    Tazkiyah Nufus


    SEHARUSNYA KITA SELALU MENANGIS





    Oleh

    Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari












    Pernahkah anda menangis -dalam keadaan sendirian- karena takut siksa
    Allah Azza wa Jalla ? ketahuilah, sesungguhnya hal itu merupakan jaminan
    selamat dari neraka. Menangis karena takut kepada Allah Azza wa Jalla
    akan mendorong hamba untuk selalu istiqâmah di jalan-Nya, sehingga akan
    menjadi perisai dari api neraka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
    bersabda:




    لاَ يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُوْدَ
    اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ وَلاَ يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ
    وَدُخَانُ جَهَنَّمَ



    Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada
    Allah sampai air susu kembali ke dalam teteknya. Dan debu di jalan Allah
    tidak akan berkumpul dengan asap neraka Jahannam.[1]




    MENGAPA HARUS MENANGIS?




    Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla dan
    hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan
    menerjang larangan, dia khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksa
    Allah Azza wa Jalla kepadanya. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
    sallam bersabda:



    إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ
    أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ
    عَلَى أَنْفِهِ قَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ



    Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia
    berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya.
    Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat
    yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya
    –begini-, maka lalat itu terbang. [HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan
    dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullah]



    Ibnu Abi Jamrah rahimahullah berkata, "Sebabnya adalah, karena hati
    seorang Mukmin itu diberi cahaya. Apabila dia melihat pada dirinya ada
    sesuatu yang menyelisihi hatinya yang diberi cahaya, maka hal itu
    menjadi berat baginya. Hikmah perumpamaan dengan gunung yaitu apabila
    musibah yang menimpa manusia itu selain runtuhnya gunung, maka masih ada
    kemungkinan mereka selamat dari musibah-musibah itu. Lain halnya dengan
    gunung, jika gunung runtuh dan menimpa seseorang, umumnya dia tidak
    akan selamat. Kesimpulannya bahwa rasa takut seorang Mukmin (kepada
    siksa Allah Azza wa Jalla -pen) itu mendominasinya, karena kekuatan
    imannya menyebabkan dia tidak merasa aman dari hukuman itu. Inilah
    keadaan seorang Mukmin, dia selalu takut (kepada siksa Allah-pen) dan
    bermurâqabah (mengawasi Allah). Dia menganggap kecil amal shalihnya dan
    khawatir terhadap amal buruknya yang kecil". [Tuhfatul Ahwadzi, no.
    2497]



    Apalagi jika dia memperhatikan berbagai bencana dan musibah yang telah
    Allah Azza wa Jalla timpakan kepada orang-orang kafir di dunia ini, baik
    dahulu maupun sekarang. Hal itu membuatnya tidak merasa aman dari siksa
    Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman:



    وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ
    إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ
    عَذَابَ الْآخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَٰلِكَ
    يَوْمٌ مَشْهُودٌ وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلَّا لِأَجَلٍ مَعْدُودٍ يَوْمَ
    يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ
    وَسَعِيدٌ فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ
    وَشَهِيقٌ



    Dan begitulah adzab Rabbmu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri
    yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya sangat pedih lagi keras.
    Sesungguhnya pada peristiwa itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
    orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Hari Kiamat itu adalah
    suatu hari dimana manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya, dan hari
    itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami
    tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Saat
    hari itu tiba, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan
    izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia.
    Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di
    dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih).
    [Hûd/11:102-106]



    Ketika dia merenungkan berbagai kejadian yang mengerikan pada hari
    Kiamat, berbagai kesusahan dan beban yang menanti manusia di akhirat,
    semua itu pasti akan menggiringnya untuk takut kepada Allah Azza wa
    Jalla al-Khâliq . Allah Azza wa Jalla berfirman:



    يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ
    شَيْءٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا
    أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ
    سُكَارَىٰ وَمَا هُمْ بِسُكَارَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ



    Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu. Sesungguhnya kegoncangan hari
    kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
    (Ingatlah), pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, semua
    wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, dan
    semua wanita yang hamil gugur kandungan. Kamu melihat manusia dalam
    keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi adzab
    Allah itu sangat keras. [al-Hajj/22:1-2]



    Demikianlah sifat orang-orang yang beriman. Di dunia, mereka takut
    terhadap siksa Rabb mereka, kemudian berusaha menjaga diri dari
    siksa-Nya dengan takwa, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
    larangan-Nya. Maka, Allah Azza wa Jalla memberikan balasan sesuai dengan
    jenis amal mereka. Dia memberikan keamanan di hari Kiamat dengan
    memasukkan mereka ke dalam surga-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:



    وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ قَالُوا إِنَّا كُنَّا
    قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا
    عَذَابَ السَّمُومِ إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ ۖ إِنَّهُ هُوَ
    الْبَرُّ الرَّحِيمُ



    Dan sebagian mereka (penghuni surga-pent) menghadap kepada sebagian yang
    lain; mereka saling bertanya. Mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami
    dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga, kami merasa takut (akan
    diadzab)". Kemudian Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara
    kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu beribadah kepada-Nya.
    Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.
    [ath-Thûr/52:25-28]





    ILMU ADALAH SEBAB TANGISAN KARENA ALLAH AZZA WA JALLA 




    Semakin bertambah ilmu agama seseorang, semakin tambah pula takutnya
    terhadap keagungan Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman:



    وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ
    كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ
    اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ



    Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
    binatang-binatang ternak, ada yang bermacam-macam warna (dan jenisnya).
    Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
    Ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
    [Fâthir/35:28]



    Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



    عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي
    الْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ
    قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ
    رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ
    قَالَ غَطَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ



    Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang
    kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa
    yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak
    menangis.

    Anas bin Mâlik –perawi hadits ini mengatakan, "Tidaklah ada satu hari
    pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi
    kepala mereka sambil menangis sesenggukan. [HR. Muslim, no. 2359]



    Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Makna hadits ini, 'Aku tidak pernah
    melihat kebaikan sama sekali melebihi apa yang telah aku lihat di dalam
    surga pada hari ini. Aku juga tidak pernah melihat keburukan melebihi
    apa yang telah aku lihat di dalam neraka pada hari ini. Seandainya kamu
    melihat apa yang telah aku lihat dan mengetahui apa yang telah aku
    ketahui semua yang aku lihat hari ini dan sebelumnya, sungguh kamu pasti
    sangat takut, menjadi sedikit tertawa dan banyak menangis". [Syarah
    Muslim, no. 2359]



    Hadits ini menunjukkan anjuran menangis karena takut terhadap siksa
    Allah Azza wa Jalla dan tidak memperbanyak tertawa, karena banyak
    tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati.



    Lihatlah para Sahabat Nabi Radhiyallahu anhum, begitu mudahnya mereka
    tersentuh oleh nasehat! Tidak sebagaimana kebanyakan orang di zaman ini.
    Memang, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya, paling
    banyak pemahaman agamanya, paling cepat menyambut ajaran agama. Mereka
    adalah Salafus Shâlih yang mulia, maka selayaknya kita meneladani
    mereka. [Lihat Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihin 1/475; no. 41]



    Seandainya kita mengetahui bahwa tetesan air mata karena takut kepada
    Allah Azza wa Jalla merupakan tetesan yang paling dicintai oleh Allah
    Azza wa Jalla , tentulah kita akan menangis karena-Nya atau berusaha
    menangis sebisanya. Nabi Muhammad n menjelaskan keutamaan tetesan air
    mata ini dengan sabda beliau:



    لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ
    قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوْعٍ فِيْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ
    فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَمَّا اْلأ َثَرَانِ فَأَثَرٌ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ
    وَأَثَرٌ فِي فَرِيْضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ



    Tidak ada sesuatu yang yang lebih dicintai oleh Allah daripada dua
    tetesan dan dua bekas. Tetesan yang berupa air mata karena takut kepada
    Allah dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan Allah. Adapun dua
    bekas, yaitu bekas di jalan Allah dan bekas di dalam (melaksanakan)
    suatu kewajiban dari kewajiban-kewajibanNya.[2]



    Namun yang perlu kita perhatikan juga bahwa menangis tersebut adalah
    benar-benar karena Allah Azza wa Jalla , bukan karena manusia, seperti
    dilakukan di hadapan jama'ah atau bahkan dishooting TV dan disiarkan
    secara nasional. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
    menjanjikan kebaikan besar bagi seseorang yang menangis dalam keadaan
    sendirian. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



    سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ
    اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ
    قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ
    اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ
    ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ
    تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
    وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ



    Tujuh (orang) yang akan diberi naungan oleh Allah pada naungan-Nya di
    hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Pertama: Imam yang
    berbuat adil; kedua: pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Rabbnya;
    ketiga: seorang laki-laki yang hatinya tergantung di masjid-masjid;
    keempat: dua orang lak-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya
    berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah; kelima: seorang
    laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan
    kecantikan, lalu dia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”;
    keenam: seorang laki-laki yang bersedekah dengan cara sembunyi-sembunyi,
    sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh
    tangan kanannya; ketujuh: seorang laki-laki yang menyebut Allah di
    tempat yang sepi sehingga kedua matanya meneteskan air mata”.[HR.
    al-Bukhâri, no. 660; Muslim, no. 1031]



    Hari Kiamat adalah hari pengadilan yang agung. Hari ketika setiap hamba
    akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya. Hari saat isi hati
    manusia akan dibongkar, segala rahasia akan ditampakkan di hadapan
    Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa. Maka kemana orang akan
    berlari? Alangkah bahagianya orang-orang yang akan mendapatkan naungan
    Allah Azza wa Jalla pada hari itu. Dan salah satu jalan keselamatan itu
    adalah menangis karena takut kepada Allah Azza wa Jalla .



    Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn rahimahullah berkata, "Wahai
    saudaraku, jika engkau menyebut Allah Azza wa Jalla , sebutlah Rabbmu
    dengan hati yang kosong dari memikirkan yang lain. Jangan fikirkan
    sesuatupun selain-Nya. Jika engkau memikirkan sesuatu selain-Nya, engkau
    tidak akan bisa menangis karena takut kepada Allah Azza wa Jalla atau
    karena rindu kepada-Nya. Karena, seseorang tidak mungkin menangis
    sedangkan hatinya tersibukkan dengan sesuatu yang lain. Bagaimana engkau
    akan menangis karena rindu kepada Allah Azza wa Jalla dan karena takut
    kepada-Nya jika hatimu tersibukkan dengan selain-Nya? Oleh karena itu,
    beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "seorang laki-laki yang
    menyebut Allah di tempat yang sepi", yaitu hatinya kosong dari selain
    Allah Azza wa Jalla , badannya juga kosong (dari orang lain), dan tidak
    ada seorangpun di dekatnya yang menyebabkan tangisannya menjadi riyâ'
    dan sum'ah. Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi". [Syarh
    Riyâdhus Shâlihîn 2/342, no. 449]



    Setelah kita mengetahui hal ini, maka alangkah pantasnya kita mulai
    menangis karena takut kepada Allah Azza wa Jalla . Wallâhul Musta'ân.



    [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XIII/1431/2010M. Penerbit
    Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
    Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196] almanhaj.or.id

    _______

    Footnote

    [1]. HR. at-Tirmidzi, no. 1633, 2311; an-Nasâ`i 6/12; Ahmad 2/505;
    al-Hâkim 4/260; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 14/264. Syaikh Salîm
    al-Hilâli hafizhahullah mengatakan, "Shahîh lighairihi". Lihat
    penjelasannya dalam kitab Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihîn
    1/517; no. 448)

    [2]. HR. at-Tirmidzi, no. 1669; dihasankan oleh Syaikh Salîm al-Hilâli hafizhahullah dalam Bahjatun Nâzhirîn, 1/523, no. 455


  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Contact form

Search This Blog

Design by - Blogger Templates | Distributed by Ydidaareldzikr

YAYASAN DAKWAH ISLAM DAAR EL DZIKR

MEMURNIKAN AQIDAH MENEBARKAN SUNNAH Berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah 'alaihim jami'an, Ijma.

WhatsApp

Hot Posts

3/footer/recent