Allah berfirman,
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan takutlah kalian terhadap fitnah (siksaan) yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah,
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata dalam tafsirnya (I/318), “Akan
tetapi fitnah tersebut menimpa pelaku kezhaliman dan selainnya. Hal ini
terjadi ketika melihat kezhaliman, namun tidak ada usaha untuk
mengubahnya, maka akan meratalah hukumannya, baik si pelaku kezhaliman,
maupun selainnya. Fitnah tersebut dapat diatasi dengan pelarangan
terhadap kemungkaran, penyelewengan atas pelaku kejelekan dan kerusakan,
serta sebisa mungkin tidak mengokohkan posisi kemaksiatan dan
kezhaliman tersebut.
Dan Firman Allah,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah fitnah (cobaan) dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal: 28).
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda, “Bersegeralah
untuk mengerjakan amalan-amalan shaleh sebelum datang berbagai fitnah
seperti potongan-potongan kegelapan malam, di mana seseorang beriman di
waktu pagi hari, kemudian menjadi kafir di sore hari, ataupun beriman di
sore hari, kemudian menjadi kafir di pagi hari. Dia menjual agamanya
demi kepentingan dunia.” (HR. Muslim).
Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata, Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda, “Sesungguhnya
menjelang terjadinya hari kiamat, akan terjadi berbagai macam fitnah
seperti potongan-potongan kegelapan malam, di mana seseorang beriman di
waktu pagi hari kemudian menjadi kafir di sore hari, ataupun beriman di
sore hari kemudian menjadi kafir di pagi hari. Ketika itu, orang yang
duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih
baik dari orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik
daripada orang yang berlari, maka hancurkanlah busur-busur kalian,
putuskanlah tali-tali busur kalian, serta pukulkanlah pedang-pedang
kalian kepada bebatuan, dan jika fitnah tersebut memasuki kediamannya,
hendaklah dia menjadi sebaik-baik anak Adam.” (HR. Abu Dawud, berkata Syaikh Al-Albani, “Shahih”).
Dalam lafadz lain diriwayatkan dari Abu Kabsyah, Aku mendengar Abu Musa Al-Asy’ari berkata, Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda, “Sesungguhnya
di hadapan kalian terdapat berbagai macam fitnah seperti
potongan-potongan kegelapan malam, di mana seseorang beriman di waktu
pagi hari kemudian menjadi kafir di sore hari, ataupun beriman di sore
hari kemudian menjadi kafir di pagi hari. Ketika itu orang yang duduk
lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik
dari orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada
orang yang berlari,” para sahabat bertanya, “Apa yang engkau perintahkan
kepada kami?” Beliau bersabda, “Tetapkah tinggal di rumah-rumah
kalian.” (Berkata Syaikh Al-Albani, “Shahih”).
Dalam hadits-hadits tersebut terdapat perintah agar segera
mengerjakan amal shaleh sebelum disibukkan oleh fitnah, yang beraneka
ragam dan gelap gulita seperti kegelapan malam tanpa diterangi bulan.
كقطع bentuk jamak dari قطعة ( bagian ). Yaitu setiap bagian dari
fitnah itu seperti bagian dari malam yang gelap dan kelam. Yang dimaksud
adalah fitnah yang gelap dan kelam.
Maksud dari ungkapan [Di pagi hari seseorang masih mukmin, tapi sore harinya menjadi kafir]
yaitu, pagi harinya mengharamkan dirinya dari menumpahkan darah
saudaranya, kehormatan dan hartanya. Dan pada sore harinya dia
menghalalkannya.
Maksud dari ungkapan [Ketika itu orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri]
Imam Nawawi berkata, “Makna hadits ini menjelaskan betapa besarnya
bahaya fitnah, dan motivasi untuk menjauhi dan menghindarkan diri
sejauh-jauhnya dari fitnah tersebut, serta dari sebab-sebabnya.
Sesungguhnya, besarnya keburukan dan fitnah tersebut tergantung pada
seberapa dekatnya dia dengan fitnah itu. Semakin dia jauh dari fitnah,
maka semakin baik bagiya.”
Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
[Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ada seseorang melewati kuburan lalu berkata, “Seandainya aku berada di tempatnya.”] (HR. Bukhari dan Muslim).
Hudzaifah berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallalluhu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Fitnah dibentangkan di atas hati-hati seperti
tikar, berulang-ulang. Hati yang menyerap fitnah tersebut disematkan di
dalamnya titik hitam, sedangkan hati yang menolak fitnah tersebut
disematkan titik putih, sampai memenuhi dua hati itu. Hati yang pertama
putih bersih, tidak akan terganggu oleh fitnah sedikitpun selama langit
dan bumi masih tegak. Sedangkan hati yang kedua hitam pekat, seperti
cangkir terbalik, tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mampu mengingkari
kemungkaran, hanya mengikuti hawa nafsunya.” ( HR. Muslim).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash berkata, “Sesungguhnya seluruh
nabi sebelumku pasti telah menunjukkan semua kebaikan yang ia ketahui
kepada umatnya, dan memperingatkan mereka dari semua keburukan yang ia
ketahui. Dan sesungguhnya, kebaikan umat ini terletak pada generasi
pertama, adapun generasi belakangan, mereka akan tertimpa cobaan dan
perkara-perkara yang kalian ingkari, fitnah datang silih berganti,
ketika fitnah itu menimpa, orang yang beriman berkata, ‘Kebinasaanku
telah tiba!’ Kemudian fitnah itu berlalu. Lalu muncul fitnah lagi,
orang yang beriman berkata, ‘Inilah saatnya, inilah saatnya!’
Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan masuk surge, maka
hendaknya dia berusaha mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari
akhir, dan hendaklah dia bergaul dengan manusia dengan baik, sebagaimana
dia senang jika manusia bersikap baik kepadanya. dan barangsiapa yang
berbaiat untuk menaati seorang pemimpin, dia mengikrarkan perjanjian
dengan sepenuh hatinya, maka hendaklah dia menaatinya semaksimal
mungkin. Jika ada orang yang berusaha menyelisihinya, maka penggallah
leher orang tersebut.” (HR. Muslim).
-bersambung insya Allah-
Penulis: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. hafidzohulloh
Artikel Dzikro.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar